Minggu Paska di Bengalon dan Rawa Indah Bangkit dari Kubur Egoisme

0 203

Minggu, 31 Maret 2024. Puncak perayaan selama Pekan Suci. Minggu Paska. Setiap imam mendapat dua tempat pelayanan. Bahkan ada yang tiga. Pastor Tarno dan Pastor Andy merayakan Minggu Paska di tiga stasi. Pastor Fay, Pastor Abner, Pastor Yarid dan saya masing-masing dua tempat. Untunglah jadwal diatur pagi dan sore sehingga masih ada jeda waktu panjang untuk istirahat, mengingat jarak tempuh yang jauh dan jalanan yang membuat kita olah raga di atas mobil.

Pukul 09.00 pagi saya rayakan Minggu Paska bersama umat di Bengalon. Stasi ini sudah ditetapkan sebagai bakal paroki. Pemekaran paroki memang niscaya mengingat medan yang sangat luas. Secara administratif bakal paroki ini sudah mulai berjalan. Tetapi masih tetap berada di bawah Paroki Sangatta sampai penetapan resmi oleh Uskup Agung Samarinda. Calon paroki Bengalon membawahi sekitar 10 stasi. Sebagian besar stasi merupakan stasi di daerah transmigrasi dan kebun sawit milik perusahaan. Mayoritas umat berasal dari NTT, khususnya Flores. Maka perayaan liturgi dengan warna khas Flores sangat kentara.

Para petugas luturgi mempersiapkan diri dengan baik. Masing-masing sudah mengetahui perannya dan menjalankannya dengan tepat. Koor yang dipimpin ibu Vita menyanyikan lagu-lagu paska yang sudah akrab di NTT. Kelihatan bahwa mereka sudah berlatih dengan baik. Para misdinar yang terlatih melaksanakan tugas dengan baik. Dalam misa ini saya membaptis 14 anak. Dua dari Bengalon dan 12 dari Stasi Rawa Indah. Suster Winanda telah mempersiapkan mereka dengan baik. Sebelum misa ada konsultasi sehingga pengaturan liturgi baptis berjalan lancar. Sungguh sebuah pengalaman iman yang berkesan, bahwa seorang imam dari Kupang membaptis 14 anak ini. Saya berdoa untuk mereka, agar menjadi manusia kristiani sejati kelak. Terbit pula secuil harapan, semoga ada yang terpanggil menjadi imam atau bruder atau suster. Tuhan menyelenggarakan.

Dalam homili saya sedikit berkatekese mengenai liturgi trihari suci, penjelasan kitab suci dan aplikasi dalam hidup beriman. Kebangkitan Kristus menjadi dasar kebangkitan para murid. Semua pengikut Kristus bangkit dan keluar dari kuburan kesombongan, kejahatan, kecurangan, nafsu duniawi, egoisme dll. Bangkit dari kungkungan manusia lama, dan hidup sebagai manusia baru. Manusia paska.

Pukul 16.00 jadwal misa di Rawa Indah. Lokasinya tidak jauh dari Bengalon. Tapi jalan masuk ke sana membuat perjalanan terasa melelahkan. Stasi ini merupakan stasi di kebun sawit pula. Mayoritas pekerja berasal dari Manggarai. Ketua stasinya berasal dari Cancar. Dia dipercaya oleh perusahaan sebagai pengurus gereja. Jadi tugasnya memang khusus. Bukan pemetik buah sawit atau pekerja di bagian lain yang berkaitan dengan sawit. Perusahaan menggajinya untuk mengurus kerohanian para pekerja yang beragama Katolik. Ini sesuatu yang unik. Driver yang mengantar saya, Pak Jony, menjulukinya pengurus stasi seumur hidup.

Pak Jony, orang Toraja. Sudah puluhan tahun berada di tanah rantau Bengalon. Kini dia menjadi pengusaha sawit pula. Kebun sawitnya seluas 100 hektar. Dia mempekerjakan 28 tenaga pekerja. Mobilnya dipakai untuk kepentingan pelayanan gereja selama pekan suci. Sskarang ini sedang mengalihkan kebun karetnya seluas 7 hektar untuk menanam lombok, semangka dan tanaman lain yang bernilai ekonomis. Sebagai pengusaha di tanah rantau, dia terbilang sukses. Kuncinya adalah manajemen pekerjaan dan keuangan. Menurutnya sumber uang saangat banyak di Bengalon. Yang terpenting mampu mengatur dengan baik, maka usaha akan maju. Satu kritikan bagus darinya adalah mengenai mentalitas orang NTT yang suka minum minuman keras. Uang dihabiskan untuk hal yang tidak berguna. Orang Toraja melihat ini sebagai peluang bisnis. Maka arak disediakan oleh mereka. Uang orang NTT yang suka minum beralih ke orang Toraja. Kelemahan orang NTT di tanah rantau adalah minimnya pengetahuan dan keterampilan manajemen keuangan.

Kami tiba 10 menit sebelum jadwal misa. Gereja masih kosong. Hanya beberapa anak di depan gereja dan ketua stasi yang sibuk menyiapkan yang perlu untuk perayaan. Lonceng dibunyikan. Segera informasi mengenai kedatangan pastor disebarkan. Sambil menunggu umat, saya berkesempatan minum kopi sore di rumah pak Paulus Jemali, di samping gereja. Satu persatu umat berdatangan. Sebelum misa saya mengecek petugas liturgi. Di sini tak ada misdinar. Koor walau sedikit jumlahnya tetapi mereka bernyanyi dengan baik dan penuh semangat. Beberapa lagu berbahasa Manggarai dinyanyikan juga. Mantap sekali. Ketua stasi merangkap pelatih koor, dirigen, dan pemazmur. Misa berlangsung khidmat. Dalam homili saya jelaskan isi bacaan dan aplikasi untuk kehidupan kristiani dalam konteks perantau. Umat yang hadir tidak mencapai seratus orang karena sebagian telah ikut misa di Bengalon pagi hari, terutama 11 keluarga yang anaknya dibaptis. Salah satu keluarga dari stasi ini membawa anak kembar mereka untuk dibaptis. Saya ingat nama mereka Oktaviani dan Oktaviana.

Usai misa kami bersalaman dan foto bersama lalu mereka kembali ke rumah masing-masing. Saya bersama pak Jony diundang makan bersama di rumah pak Paulus Jemali. Satu hal yang menarik dari obrolan selama makan adalah perhatian perusahaan kepada para pemanen dengan menyediakan rumah tinggal yang permanen dan bagus. Disediakan pula sekolah untuk anak-anak, serta kendaraan untuk antar jemput. Kiranya anak-anak ini bertumbuh baik dan sehat sejahtera. Kiranya mereka juga sukses dalam pendidikan demi masa depan mereka. Anak perempuan tuan rumah bersekolah di SMP St. Fransiskus Assisi yang dikelola ara suster FSE di Sangatta. Dia tinggal di asrama. Bersama temannya dari stasi ini dia kembali ke Sangatta menumpang mobil travel milik salah satu warga asal Manggarai. Mendengar adanya mobil travel milik salah seorang warga perantau di Rawa Indah, saya langsung berpikir bahwa orang itu termasuk sukses dalam manajemen keuangan. Dia melihat adanya peluang bisnis transportasi. Ada kebutuhan. Dan dia juga memiliki potensi menyediakan jasa transportasi travel untuk menjawab kebutuhan itu. Perputaran uang berjalan. Roda ekonomi keluarga berputar. Usaha berkembang. Ada peningkatan kesejahteraan ekonomi. Kuncinya adalah manajemen.

Selesai makan, kami kembali ke Bengalon dan malamnya langsung balik ke Sangatta. Perjalanan panjang yang melelahkan namun membahagiakan. Tiba di pastoran Sangatta pukul 22.00. Karena lelah, saya langsung istirahat. Bermimpi tentang kesejahteraan umat Sangatta baik jasmani maupun rohani. Tuhan memberkati.

 

Super Jet Balikpapan – Surabaya

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More