Lany Seran: Berjuang dan Berpeduli
Namanya ibu Lany Seran. Perempuan dengan ide-ide kreatif dan inovatif. Baik yang bertujuan untuk kesejahteraan pribadi dan keluarga, maupun untuk kebaikan sesama yang berkekurangan, khususnya anak-anak yang membutuhkan pendampingan untuk pengembangan diri. Semuanya tersimpul dalam kata peduli. Peduli pada kemandirian keluarga dan peduli pada pemberdayaan sesama yang kurang mampu.
Dia sarjana hukum. Tapi tidak bekerja di bidang hukum. Talentanya adalah wirausaha. Maka dari pegawai honorer dia banting setir ke wirausaha. Dengan modal kecil dia bangun usaha kios, jualan kue, jualan bahan bakar eceran. Hasilnya cukup untuk kehidupan. Tidak kaya. Tapi tidak berkekurangan. Selalu ada kelebihan untuk tabungan. Agar ke depan ada pengembangan usaha. Dan ada biaya untuk pendidikan anak-anak sampai sarjana. Mimpinya banyak. Ide kreatifnya banyak. Dan akan diwujudkan satu per satu dalam waktu.
Kami berjumpa dalam kegiatan Diklat Fasilitator Kitab Suci Regio Nusa Tenggara di Emaus, Atambua. Dia bukan katekis. Bukan guru agama di sekolah. Dia berlatar belakang ilmu hukum. Bukan ilmu teologi atau agama. Di paroki dia malah berada di Seksi PSE. Tapi dia dipilih oleh pastor paroki ke Diklat ini karena aktivitasnya membantu paroki dalam upaya pembinaan anak-anak. Selain pengembangan sosial ekonomi, dia juga menaruh perhatian pada pendidikan anak luar sekolah. Kepeduliannya sangat tinggi untuk memperhatikan anak-anak dari keluarga miskin yang tertinggal dalam hal pelajaran di sekolah. Menurut kesaksiannya, bahkan ada yang sudah SMA tapi tidak tahu membaca.
Dalam diskusi dan sharing, saya melihat bahwa perempuan mandiri ini memiliki passion pada dua hal. Pertama, wirausaha kreatif-inovatif. Kedua, pendampingan anak-anak kurang mampu. Di bidang wirausaha saya berikan beberapa masukan terkait pengembangan potensi setempat, misalnya pisang, kacang ijo, kelapa, dll. Yang penting mesti ada semacam “dapur riset” untuk pengembangan pengolahan makanan kreatif inovatif. Dia berbakat dalam mengolah makanan dalam pelbagai cara.
Selain itu untuk investasi dan pengembangan usaha, harus masuk koperasi. Misalnya CU Kasih Sejahtera. Perputaran uang dari usaha kecil menghasilkan laba yang disimpan di koperasi. Simpanan itu jadi modal untuk pinjaman dua kali lipat. Hasil pinjaman itu dipakai sebagai modal pengembangan wirausaha kreatif inovatif tadi. Ada diversifikasi usaha. Potensi setempat sangat memungkinkan. Tinggal mau atau tidak. Sekarang atau tidak sama sekali. Now or never. Dan dia termotivasi. Sekian ide langsung menyala di kepalanya.
Hal kedua adalah kepedulian pada pemberdayaan anak. Dia tinggal di lingkungan yang banyak anak dari keluarga miskin. Rerata mereka belum bisa membaca, menulis, berhitung. Anehnya walau nilai kurang, tetap naik kelas. Alhasil, sampai SMA pun belum tahu membaca. Keprihatinan ini membuatnya membentuk rumah belajar Ita Kan Uma. Ini rumah kita. Rumah pembelajaran. Ada perpustakaan. Ada pembelajaran luar sekolah. Anak-anak dilatih ulang membaca, menulis, berhitung, juga belajar bahasa Inggris. Dia sendiri jadi guru bagi anak-anak tersebut. Dia mencoba membuka jaringan meminta relawan pengajar. Tapi kebanyakan tidak bertahan karena tak ada gaji. Karena memang ini kerja sosial. Tak ada lembaga donor. Bahkan dari pemerintahpun belum ada perhatian. Semuanya usaha mandiri karena peduli. Meski situasi demikian dia tetap berjuang. Dia tetap mengajar anak-anak itu. Termasuk mengajar mereka berdoa dan baca kitab suci. Hasilnya luar biasa. Membuat dia terharu. Anak-anak dampingannya berubah di kelas. Ada yang sampai juara 3 di kelas. Sebuah prestasi mencengangkan. Ini membuatnya makin termotivasi mendampingi mereka. Tak ada yang mustahil.
Sebagai orang beriman, dia sadar bahwa hidupnya tergantung pada Tuhan. Maka olah rohani tak pernah ditinggalkannya. Doa menjadi bagian hakiki hidupnya. Tiada hidup tanpa doa. Tiada hari tanpa doa. Semua kegiatan diawali dengan doa. Irama hariannya di diawali dengan doa pada jam 3 pagi. Setiap hari dia bangun jam 3 pagi. Mulai dengan doa kerahiman dan koronka. Lalu mulai pekerjaan harian berupa masak, goreng kue jualan, mengurus anak-anak makan pagi dan ke sekolah, membuka kios dan seterusnya. Malam hari ditutup dengan doa syukur. Tidak heran kalau usahanya lancar. Dan berkembang perlahan menuju skala besar. Semuanya sudah terangkum dalam ide-ide pengembangan. Tiada yang mustahil bagi orang yang mengandalkan Tuhan.
Dia bersyukur bisa ikut Diklat ini dan berjumpa dengan banyak orang yang membuka perspektif hidupnya. Dia mencerap banyak hal. Kepalanya langsung memunculkan banyak ide kreatif. Saya katakan padanya untuk kerja jejaring. Saya sharing padanya tentang tulisan Asal Tulis mengenai mahasiswa Universitas Ma Chung Malang. Juga tentang Dicky Senda dengan lakoat.kujawas. Tentang peluang kerjasama dengan pihak-pihak tertentu yang siap membantu kegiatan pemberdayaan anak-anak. Salah satunya Mama Sukacita. Dia lalu berkata, “Selama ini saya berdoa mohon agar Tuhan buka jalan. Dan dalam pertemuan di Emaus ini, Tuhan menjawab doa saya.”
Kami berpisah di akhir pertemuan. Dia kembali membawa segudang ide kreatif untuk diwujudkan. Saya yakin dia akan mewujudkan semua gagasan inspiratif yang saya berikan. Semuanya terkait dua hal yang menjadi passion dan talentanya. Ke depan, dia akan menjadi perempuan wirausaha yang berhasil dan inspiratif bagi yang lain. Juga perempuan literasi yang sukses dan inspiratif. Namanya Lany Seran, dari Malaka. Itu ko tidak.