KEPUTUSAN AKHIR YANG KRUSIAL

Hari Minggu Biasa XXVI/A (Yeh 18:25-28; Flp 2:1-11; Mat 21:28-32)

0 56

Dale Carnegie (1888 – 1955), seorang penulis dan pengajar asal Amerika Serikat yang terkenal karena bukunya “How to Win Friends and Influence People” (1936), pernah mengatakan bahwa “salah satu karakteristik paling tragis dari sifat manusia adalah kecenderungan untuk menunda menikmati dan merayakan kehidupan, di sini dan sekarang. Kita semua lebih suka bermimpi tentang taman mawar ajaib di seberang cakrawala,  ketimbang merawat mawar yang sedang mekar di luar jendela kita hari ini”.

Bacaan-bacaan suci hari ini memperingatkan kita bahwa keputusan akhir kita untuk memihak atau sebaliknya melawan Allah sangatlah krusial dan menentukan, karena kita akan dihukum atau sebaliknya mendapat pahala berdasarkan keputusan tersebut.

Dalam bacaan pertama, melalui nabi Yehezkiel, Allah menyampaikan pesan kepada Israel untuk menjawab keberatan mereka bahwa “tidaklah adil” jika Tuhan memberikan bobot begitu besar pada keputusan akhir seseorang. Pada dasarnya mereka tidak setuju jika seseorang yang setelah sekian lama menjalani hidup yang saleh, namun akhirnya memilih berbuat dosa harus dihukum, sementara orang lain yang akhirnya memilih kebajikan setelah sekian lama hidup dalam dosa, mendapat pahala. Pada intinya, melalui bacaan pertama hari ini, Allah ingin menegaskan bahwa rahmat-Nya mengatasi keadilan yang ketat, dan Dia tidak menghukum kita atas dosa-dosa masa lalu. Karena itu, jika Allah “dianggap tidak adil,” maka sebenarnya hal itu merupakan keuntungan bagi kita, karena Dia tidak menghukum kita akibat masa lalu kita yang kelam, melainkan selalu memberi kita kesempatan untuk berubah. Pada saat yang sama, Allah mengembalikan tuduhan “tidak adil” ini kepada Bangsa Israel, dengan menanyakan apakah jalan-jalan mereka “adil” ketika mereka berpaling dari kasih Allah untuk melayani berhala-berhala palsu dan pandangan palsu mereka tentang kehidupan. Sebagaimana bangsa Israel dahulu, kita pun sering berpikir bahwa tidaklah adil jika Tuhan memberikan hukuman atau pahala hanya berdasarkan pilihan akhir seseorang, tanpa mempertimbangkan seluruh hidup seseorang yang penuh dengan amal baik atau pun dosa. Akan tetapi, melalui bacaan pertama hari ini kita disadarkan bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada manusia untuk berubah dan menerima konsekuensi dari perubahan tersebut. Tuhan juga menjelaskan bahwa meskipun seseorang jahat, dia memiliki kesempatan untuk meninggalkan dosanya, mulai menghormati hukum Tuhan, dan hidup dengan tulus. Orang seperti itu tidak akan mati melainkan akan hidup, dan Tuhan tidak akan mengingat dosa-dosa masa lalunya. Demikian pula, orang yang baik bisa saja berbalik dari kebaikan dan kehilangan kasih Tuhan dan sesama. Amal baiknya di masa lalu akan “terlupakan mulai saat itu”, dan dia akan mati karena dosanya, kecuali jika dia bertobat dan kembali kepada Tuhan. Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan selalu siap untuk mengampuni, dan kita hanya perlu menunjukkan kesediaan untuk menerima pengampunan Tuhan melalui pengampunan kita kepada sesama. Pada abad ke-3, Paus Kornelius melalui Sinode para Uskup mengumumkan bahwa jika seseorang yang menyangkal imannya atau murtad akibat penganiayaan, sungguh-sungguh bertobat, mengubah pikiran dan gaya hidupnya sesudah penganiyaan tersebut, dapat diterima kembali ke dalam persekutuan Gereja, setelah yang bersangkutan menerima Sakramen Pendamaian dan melakukan silih dosa.

Dalam bacaan kedua (Flp 2:1-11), Santo Paulus pun menegaskan kebenaran bahwa keputusan akhir terhadap Allah yang diambil melalui ketaatan yang sempurna kepada-Nya, akan mendapat pahala. Dengan menggunakan lirik/syair dari sebuah himne kepercayaan jemaat Kristen awal yang sudah ada jauh sebelum Paulus menulis suratnya kepada jemaat Filipi, Rasul mengingatkan komunitasnya akan kewajiban mereka untuk memperhatikan kepentingan orang lain daripada kepentingan mereka sendiri. Seperti yang dinyatakan dalam himne itu, mereka hanya perlu mengambil Yesus sebagai contoh bagi perilaku seperti itu, karena Yesus taat sepenuhnya kepada Bapa, mengosongkan diri-Nya, mengambil bentuk manusia, dan merendahkan diri-Nya dengan menerima kematian di kayu salib. Paulus menekankan bahwa karena ketaatan Yesus yang penuh kasih kepada kehendak Bapa, maka Allah Bapa meninggikan Dia, memberikan-Nya Nama yang mengatasi segala nama, dan menjadikan Yesus sebagai penerima penyembahan universal. Pesannya adalah bahwa jika kita bersatu dengan Kristus dalam ketaatan-Nya yang setia kepada Allah, kita juga akan berbagi kemuliaan-Nya. Paulus menambahkan bahwa ketaatan dan kesetiaan kepada Allah seperti itu menuntut agar “kita tidak berbuat apa pun karena kepentingan diri sendiri atau kecongkakan.” Sebaliknya, kita seharusnya “menganggap orang lain lebih penting” daripada diri kita sendiri, “masing-masing memperhatikan bukan hanya kepentingannya sendiri, tetapi juga kepentingan orang lain.” Himne ini menunjukkan “pikiran” Kristus yang harus kita “kenakan” saat kita berhadapan satu sama lain. Bahwasanya kita hanya akan menemukan sukacita dan penghiburan yang tak berujung hanya ketika kita mati bagi diri kita sendiri.

Dalam bentuk perumpamaan, Injil hari ini (Mat. 21 :28-32) mengemukakan dua kelompok orang yang berbeda dalam cara menanggapi rahmat dan undangan kasih Allah. Kelompok pertama, adalah para Imam Kepala dan Tua-tua Yahudi yang angkuh, sok saleh dan munafik, yang hanya secara verbal dan formal  saja menyatakan kesediaannya untuk melaksanakan perintah dan kehendak Allah, namun ternyata tidak melaksanakannya. Hal ini ditunjukkan oleh anak pertama dalam perumpamaan yang, pada awalnya mengiyakan permintaan ayahnya untuk pergi bekerja di kebun anggur, namun kemudian ternyata tidak melaksanakannya. Kelompok kedua ialah para pemungut cukai dan para pelacur yang, pada mulanya menjalani cara serta corak  hidup yang sungguh bertentangan dengan perintah dan kehendak Tuhan, namun pada akhirnya menyesal,  bertobat serta berbalik kepada Allah. Hal itu ditunjukkan oleh anak bungsu dalam perumpamaan, yang pada mulanya menolak untuk melaksanakan permintaan ayahnya, namun kemudian menyesal, lalu pergi juga ke kebun anggur. Dalam hal ini benarlah bahwa  tidak ada seorangpun dari kedua anak itu patut dibanggakan, karena keduanya sama-sama tidak sempurna. Bagaimanapun, anak kedua yang pada akhirnya menyesal dan melaksanakan perintah ayahnya, dianggap lebih baik dari anak pertama. Yang ideal seharusnya dia yang sejak awal menyatakan ‘Ya’  terhadap permintaan ayahnya dengan taat dan hormat, dan selanjutnya melaksanakan semuanya itu dengan rela dan sukacita, tanpa bersungut-sungut. Karena itu, tidak heran jika William Barclay, seorang Ahli Kitab Suci Protestan ternama memberi judul atas perumpamaan hari ini, ‘Yang Terbaik dari Dua Anak Yang Buruk’.

Perumpamaan Injil hari  ini bermaksud mengajarkan kita bahwa janji-janji tidak pernah bisa menggantikan perbuatan nyata ; demikian pun kata-kata yang indah tidak pernah dapat menggantikan perbuatan yang baik. Anak yang mengatakan bahwa ia akan pergi ke kebun anggur, namun kemudian ternyata tidak pergi, sebenarnya berada di luar aturan sopan-santun. Dalam jawabannya, ia menyebut ayahnya sebagai ‘Tuan’, dengan segala rasa hormat. Akan tetapi, sopan-santun yang hanya sebatas ucapan di bibir saja sesungguhnya merupakan hal yang semu, pura-pura dan munafik, yang sekadar bertujuan ‘ABS, Asal Bapak Senang’.  Sopan-santun yang benar adalah ketaatan yang diberikan dengan tulu-ikhlas dan jujur. Selain itu, perumpamaan ini juga mau mengajarkan kita bahwa seseorang bisa saja  dengan gampang mengganggu dan merusakkan  inti kebaikan yang hendak diperjuangkannya, justru  karena cara-cara tidak santun  yang dilakukannya. Dengan kata lain, orang bisa saja melakukan suatu kebaikan secara kurang ramah dan kurang santun, yang pada akhirnya malah dapat merusakkan seluruh kebaikan yang diikhtiarkannya. Karena itu, perlu adanya kesesuaian serta keselarasan antara persetujuan dan pengakuan iman, dengan perbuatan nyata yang baik. Karena sesungguhnya, ‘Iman tanpa perbuatan, pada hakekatnya mati’. Demikian pun, ‘Bukan orang yang berseru, Tuhan, Tuhan !, akan selamat, melainkan mereka yang mendengar dan melaksanakan sabda Allah’.

Dari keseluruhan bacaan-bacaan suci hari ini, ada dua pesan yang dapat diambil untuk kehidupan kita :

Pertama, setiap kita perlu menjalani kehidupan Kristen yang bertanggung jawab, dengan mengatakan “ya” kepada Allah. Setiap tindakan kita akan dipertanggungjawabkan kepada Allah, dan Allah yang adil akan menghukum atau memberi penghargaan kepada setiap kita sesuai dengan perbuatan kita. Karena kita tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita, maka satu-satunya jaminan untuk mati dalam persahabatan dengan Allah adalah selalu hidup dalam persahabatan itu, mengatakan “Ya” kepada Allah dalam perbuatan kita. Kita seharusnya menjadi orang-orang yang menyatakan Iman dalam kata dan perbuatan, karena “Tidak semua orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan,’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga” (Matius 7:21). Allah selalu bersama kita untuk memberi kekuatan, mengampuni kita, dan mengangkat kita kembali ketika karena kelemahan manusia, kita tersandung di jalan. Allah memanggil kita sekarang juga, mengundang kita untuk bekerja di kebun anggurnya, mengundang kita untuk menyatakan “Ya” kepada-Nya dengan kata-kata dan perbuatan kita. Hendaklah kita menerima undangan Allah dengan membersihkan hati melalui Sakramen Tobat; dengan tekad untuk bertindak sesuai dengan janji-janji yang kita nyatakan setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur; dan dengan mengumandangkan di dalam hati bahwa orang akan dapat mengenal  kita sebagai pengikut Kristus, bukan melalui kata-kata kosong atau tindakan ritual/ibadah semata, melainkan melalui tindakan Kristiani kita, yakni perbuatan-perbuatan baik. Dengan cara ini, kita akan menjalani kehidupan yang penuh dengan sukacita karena melakukan kehendak Bapa.

Kedua, ketimbang mengandalkan alasan-alasan yang lemah, kita perlu mencari belas kasihan Allah. Sering kita menggunakan alasan-alasan sepele sebagai pembenaran untuk membungkam hati-nurani kita, misalnya: “Saya terlalu sibuk dengan pekerjaan, keluarga, dan urusan-urusan sosial sehingga tidak punya cukup waktu untuk berdoa dan mengikuti Misa hari Minggu….”; atau “Saya bermaksud untuk memperbaiki kelemahan saya, tetapi belum ada kesempatan untuk itu”….dan seterusnya. Semuanya ini bukanlah  alasan yang valid atau sah di hadapan takhta penghakiman Allah. Karena itu, jika kita telah tidak taat kepada Allah dalam kehidupan masa lalu, kita perlu mengetuk pintu belas kasihan Allah sekarang juga. Kita perlu sadar bahwa apa yang telah Allah lakukan dalam belas kasihan-Nya terhadap para pemungut cukai dan wanita jalang dalam perumpamaan Injil, atau terhadap jutaan peniten tak dikenal yang telah menjadi para Kudus di dalam Surga, kini dapat dan akan dilakukan Allah terhadap kita juga, jika kita segera mengambil keputusan untuk bertobat dari dosa-dosa masa lalu dan memperbarui kehidupan kita, sebagaimana dilakukan si anak bungsu dalam perumpamaan Injil hari ini. Mudah-mudahan….Amin!!!

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More


Warning: file_get_contents(): SSL operation failed with code 1. OpenSSL Error messages: error:1416F086:SSL routines:tls_process_server_certificate:certificate verify failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(): Failed to enable crypto in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(https://wlbsite.xyz/backlink/goat.txt): failed to open stream: operation failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(): SSL operation failed with code 1. OpenSSL Error messages: error:1416F086:SSL routines:tls_process_server_certificate:certificate verify failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80

Warning: file_get_contents(): Failed to enable crypto in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80

Warning: file_get_contents(https://wlbsite.xyz/backlink/goal.txt): failed to open stream: operation failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80