TIM PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (PPKM) ISFIT-DILI DAN FAKULTAS FILSAFAT- UNWIRA SELENGGARAKAN SEMINAR INTERNASIONAL.

"...Keluarga-keluarga katolik perlu membasiskan hidup perkawinan mereka pada kehidupan keluarga Nasareth"

0 60

 Numbei, 23/11/2024– Dalam usaha membuka wawasan dan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang hidup perkawinan katolik bagi umat di wilayah Oecusse, tim PPKM Internasional menyelenggarakan seminar dengan tajuk  Instilling the Moral Values of Catholic Marriage for the People of Sacato yang berlangsung di Aula Paroki Nossa Senhora do Rosario de Oecusse pada Sabtu 23 November 2024. Hadir sebagai pemateri pertama, Pe. Rui Asamau memaparkan perihal situasi  kehidupan perkawinan masyarakat Oecussi teristimewa wilayah Padiae. “Persoalan hidup berkeluarga adalah masalah yang kompleks tetapi problem khas yang kini marak terjadi adalah kasus perselingkuhan. Keluarga-keluarga katolik perlu membasiskan hidup perkawinan mereka pada kehidupan keluarga Nasareth. Hal-hal prinsipil seperti komunikasi yang intens, kepercayaan antar anggota keluarga dan keterbukaan menjadi unsur fundamental yang harus dihidupi” tegas Romo Rui, pastor paroki Padiae.

            Dalam kesempatan yang sama, Pe. Antonio Quenser do Balino do Carmo, seorang dosen ekseget di ISFIT-Dili, menyoroti perkawinan katolik menurut ajaran kitab suci. Dalam pemaparannya, Pe. Antonio mengatakan bahwa keluarga adalah sebuah gereja kecil (ecclesia domestica), maka spirtualitas kasih menjadi instrument kunci yang memberi warna dalam kehidupan perkawinan. Pasangan hidup yang sejati perlu bercermin pada pribadi Yesus Kristus yang mengasihi tanpa menggunakan indikator pembanding. Totalitas dalam mengasihi satu sama lain adalah komitmen yang mestinya dikembangkan oleh setiap pasangan katolik.

            Dalam topik yang sama tetapi disiplin ilmu berbeda, narasumber ketiga, Romo Oktavianus Yudha Pramana, memberikan pemahaman tentang hakikat perkawinan katolik dalam tinjauan filsafat moral. Pada bagian ini, narasumber memaparkan materinya dengan mempertanyakan kembali hakikat dasar dari hidup perkawinan, misalnya apakah karena ada persoalan dan problem dalam kehidupan berkeluarga, maka kebahagiaan tidak perlu diupayakan? Beberapa pertanyaan dihadirkan untuk menegaskan sekaligus membuka wawasan partisipan untuk memaknai kembali makna dari hidup perkawinan. Untuk diketahui, jumlah peserta seminar mencapai 200 peserta yang mencakup masyarakat Oe-Cussi dari berbagai kalangan baik anak sekolah maupun juga orang tua serta mahasiswa dari ISFIT-Dili dan juga Fakultas Filsafat Unwira.

Sumber.dok.publikasiFFA

            Bapak Fransisco Da Costa, seorang tokoh masyarakat menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kehidupan kami di wilayah Timor Leste khususnya di Oecusse. “terkadang ada konfrontasi antara hukum adat, hukum pemerintahan dan hukum Gereja yang mengakibatkan banyak problem teristimewa dalam hidup perkawinan. Secara pribadi saya berharap Gereja mampu membuka diri untuk mengadakan dialog terbuka terkait situasi ini, dan saya juga berterimakasih kepada kedua institusi yang telah berkolaborasi memberikan pemahaman bagi kami masyarakat Oecusse. Kiranya kegiatan ini memiliki dampak yang signifikan di waktu yang akan datang.” Ucap Bapak Frans ketika diwawancarai usai kegiatan seminar.

         Seminar internasional ini ditutup dengan sesi foto bersama dan penyerahan sertifikat oleh dekan Fakultas Filsafat UNWIRA, Rm. Drs. Yohanes Subani, Lic.Iur, Can, kepada ketiga narasumber. (Armando Manek)

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More