SUASANA HARU SAAT MISA PENUTUPAN MELEPASPERGIKAN PESERTA PKM INTERNASIONAL DI OE-CUSSE

0 89

 

Misa penutupan kegiatan PKM Internasional mahasiswa-mahasiswi Fakultas Filsafat Unika-Wira dan ISFIT-Timor Leste terjadi di Paroki Numbei-Oecusse tepat pukul 08.00 waktu Timor Leste. Misa penutupan ini dipimpin oleh Romo konselebran utama Amu Justino Tanec, Rektor ISFIT-Dili. Hadir pula imam konselebran, Amu Francisco da Costa, Arnaldo Frederico de Deus, Romo Sipri Senda, Romo Okto Naif, Romo Jon Subani dan Romo Roni Pakaenoni. Misa penutupan ini dihadiri oleh seluruh peserta kegiatan PKM Internasional serta umat di Paroki Numbei-Oecusse.

Dalam khotbanya, Romo Okto Naif menyampaikan bahwa mengampuni sesama berawal dari dalam rumah tangga. “Mengampuni paling sederhana terjadi di dalam keluarga. Bapa dan mama harus menciptakan suasana Nekaf Mese, Ansaof Mese. Jangan jadikan rumah sebagai ‘ring tinju’, yang berarti bapa dan mama selalu menciptakan suasana tidak nyaman di dalam rumah. Pada intinya rumah adalah tempat ternyaman menciptakan kedamaian satu sama lain,” demikian kata Romo Okto Naif yang membawakan khotbah dalam bahasa Dawan. Antusiasme umat paroki Oe-Cusse tergambar jelas dari raut wajah mereka. Para orang tua angkat yang hadir dalam perayaan Ekaristi Kudus tersebut juga tak sedikit yang meneteskan air mata, karena ingin melepas pergikan mahasiswa-mahasiswi yang telah tinggal kurang lebih satu minggu menginap di rumah mereka.

Di akhir Misa, Amu Francisco da Costa mengatakan bahwa perpisahan bukanlah akhir dari pertemuan, melainkan awal dari pertemuan yang hebat. Tak bisa dipungkiri bahwa selalu ada “hallo” yang sederhana, namun ada juga perpisahan yang sulit. Kurang lebih satu minggu para peserta PKM Internasional melakukan penelitan di perbatasan Oe-Cusse-Wini. Mahasiswa-mahasiswi Fakultas Filsafat dibagi di rumah-rumah umat wilayah setempat, diantaranya wilayah Palaban, Sacato, Mahata serta Oe Bau. Dalam rentang waktu itu, mereka belajar mendekatkan diri dengan umat dan juga yang menjadi prioritas utama adalah melakukan penelitian di wilayah tersebut.

Jika akhirnya air mata adalah jalan terakhir menuju perpisahan, maka ijinkalah senja hari ini menceritakan kepada senja yang lain bahwa umat Oe-Cusse adalah cerita terindah yang pernah datang menjadi mimpi indah. “Kalau ada jarum yang patah, jangan simpan di peti, kalau ada kata yang salah jangan simpan di hati,” demikian pantun singkat Romo Sipri Senda mengakhiri kata sambutan seusai Misa. (17/09/23). Fr. Steven Saunoah.

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More