RANCANGANKU BUKAN RANCANGANMU!

Hari Minggu Biasa XXV/A (Yes 55:6-9; Flp 1:20c-24.27a; Mat 20:1-16a)

0 41

Bacaan-bacaan suci hari ini berkaitan dengan persepsi manusia tentang “keadilan” yang sering cukup kontras dengan kasih karunia yang berlimpah-limpah dari Allah mahakasih dan mahamurah. Allah memberikan ganjaran kepada kita bukan berdasarkan seberapa banyak hal yang kita lakukan, melainkan sesuai dengan kebutuhan kita dan kehendak-Nya yang baik.

Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya mengingatkan umatnya bahwa jika mereka benar-benar melihat keadaan hidup mereka, mereka akan mengakui campur-tangan Allah di dalamnya. Kitab Yesaya Bab 40-55 mencatat nubuat-nubuat yang diucapkan tentang akhir pembuangan bangsa Yehuda ke Babel, ketika mereka akan kembali dari perbudakan ke tanah air mereka yang telah hancur. Kata-kata itu dimaksudkan untuk memberikan mereka “harapan” dan mencegah mereka kehilangan “iman” kepada Allah. Keseluruhan Bab 55 menjanjikan bantuan rohani dan jasmani dari Allah kepada mereka. Yesaya mengingatkan umat akan masa-masa ketidakpedulian mereka terhadap Perjanjian dengan Allah yang menyebabkan runtuhnya dunia mereka, hancurnya kota-kota mereka, robohnya Bait Allah, dirampoknya kekayaan mereka, dan sirnanya harapan mereka. Tetapi karena kasih dan kemurahan hati Allah yang besar, umat pilihan-Nya akan diampuni. Mereka akan pulang, tanah mereka akan dikembalikan kepada mereka, dan hubungan mereka dengan Allah akan dibangun kembali. Yesaya mengingatkan kita bahwa Allah Musa dan para nabi tidak berpikir dengan cara yang sama seperti kita. Allah lebih penyayang dan lebih pengampun daripada kita. Melalui nabi Yesaya, Tuhan Allah berfirman, “…RancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku” (Yes 55:8). Mungkin dunia kita akan lebih baik jika kita berusaha memahami rancangan Allah daripada terus-menerus bertanya seperti, “Mengapa orang-orang yang tidak bersalah harus menderita?” atau “Mengapa para penguasa yang kejam dan lalim bisa hidup mewah dan makmur?” atau “Mengapa harus ada wabah pandemi yang membinasakan sekian juta manusia?” Iman Kristen mengajarkan kita bahwa, segala bencana dan kemalangan tidak pernah secara langsung dikehendaki, disebabkan atau diciptakan oleh Allah yang mahabaik dan mahakuasa, melainkan oleh hukum alam sendiri yang relatif otonom, dan juga oleh penyalahgunaan kebebasan manusia. Bukankah penulis kitab Kejadian menegaskan bahwa pada akhir setiap penciptaan, Allah melihat bahwa  semuanya baik adanya? Karena itu juga, meskipun dunia tidak pernah sepi dari aneka kebobrokan dan kemalangan akibat ulahnya sendiri, Allah yang mahabaik tetap hadir dan menopangnya dengan kasih serta kesetiaanNya yang tetap. Dialah Yahweh sekaligus Immanuel yang senantiasa menyertai manusia dalam seluruh situasi hidupnya, baik untung maupun malang, suka maupun duka.

Dalam bacaan II hari ini (Flp 1:20-24,27), Paulus menunjukkan perbedaan lain antara perspektif Allah dan perspektif manusia. Ia mencoba memutuskan apakah lebih baik baginya untuk mati, atau hidup. Dalam hal ini, Paulus berbicara sebagai seseorang yang telah mengambil pikiran Allah  sendiri. Lazimnya, manusia lebih suka memilih hidup selama mungkin, daripada mati. Tetapi bagi Paulus, mati adalah keuntungan, karena dengan itu, ia akan lebih cepat mengalami persekutuan sempurna dengan Kristus. Di sisi lain, hidup juga akan berguna baginya, karena dengan itu dia dapat melanjutkan pekerjaannya sebagai rasul di tengah-tengah jemaat. Namun, setelah mengambil perspektif Allah, Paulus akhirnya siap untuk menerima, entah hidup atau pun mati, sesuai rencana dan kehendak Allah sendiri. Dalam hal ini, Paulus adalah contoh bagaimana kasih karunia itu berkarya. Keinginannya sendiri diletakkan di bawah kebutuhan jemaat di Filipi, dan baik Paulus maupun jemaat Filipi sama-sama menikmati hak istimewa untuk percaya kepada Kristus dan menderita bagi-Nya. Menjadi seorang Kristen berarti siap menerima Firman Allah tanpa penjelasan ataupun pembenaran. Itulah caranya  “kita menjalani hidup sesuai kehendak Allah dan bagi Injil Kristus.”

Injil hari ini (Mat 20:1-16a) dikenal sebagai “Perumpamaan  tentang para pekerja di kebun anggur” atau “Perumpamaan tentang Pemilik-kebun Yang Murah Hati.” Daniel Harrington (seorang ahli Kitab Suci) menyebutnya sebagai “Perumpamaan tentang  Majikan Yang Baik Hati”, karena mungkin ditujukan kepada para lawan Yesus yang mengkritik-Nya berkaitan dengan Kabar Gembira Kerajaan yang diwartakanNya kepada para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Perumpamaan luar biasa mengejutkan yang hanya ditemukan dalam Injil Matius ini mengingatkan kita bahwa meskipun Allah tidak berutang apa pun pada kita, Dia toh memberikan secara melimpah apa yang benar-benar dibutuhkan setiap orang.

Secara singkat, kisahnya demikian: Kerajaan Surga itu ibarat seorang tuan rumah yang pergi keluar pagi-pagi untuk menyewa para pekerja di kebun anggurnya. Dia mengumpulkan sekelompok pekerja pada pukul 6 pagi, sepakat membayar upah harian yang biasa kepada mereka, lalu mempekerjakan mereka. Pada pukul 9 pagi, dia mengumpulkan kelompok lainnya. Pada tengah hari, dia merekrut tim ketiga, dan kemudian pada pukul tiga sore, tim keempat. Akhirnya, pada pukul 5 sore, dia menemukan lagi beberapa pekerja yang bersedia dan mampu bekerja. Dia mengirim mereka ke kebun anggur untuk melakukan apa yang dapat dikerjakan sebelum matahari terbenam. Ketika hari berakhir, tuan itu memerintahkan mandurnya untuk membayar kepada semua pekerja upah harian masing-masing satu dinar, dimulai dari mereka yang paling kemudian sampai kepada yang paling awal bekerja.

Adapun maksud dari perumpamaan ini ialah: (1) Memberikan peringatan kepada para murid. Di sini Yesus memperingatkan para murid agar tidak mengklaim penghormatan khusus atau tempat istimewa hanya karena mereka berhubungan erat dengan-Nya atau karena mereka adalah anggota pertama Gereja-Nya. Semua orang, tidak peduli kapan mereka datang, sama berharga di hadapan Allah. Demikian pula, anggota Gereja yang telah lama tidak boleh mengharapkan perlakuan istimewa lebih dari anggota yang baru bergabung. (2) Memberikan peringatan yang jelas kepada kaum Yahudi. Sebagai Bangsa Pilihan Allah, kaum Yahudi cenderung meremehkan orang-orang non-Yahudi. Dalam hal ini, Yesus memperingatkan mereka bahwa orang-orang non-Yahudi yang percaya kepada Allah akan mendapatkan imbalan yang sama seperti yang dapat diharapkan oleh seorang Yahudi yang baik. Dengan ini, Yesus bermaksud menunjukkan kedermawanan Allah yang membuka pintu-pintu Kerajaan Surga bagi para pendosa dan orang-orang kafir yang bertobat, sama seperti bagi kaum Yahudi. Dengan menceritakan kembali perumpamaan ini, penginjil Matius bermaksud memberikan peringatan yang sama kepada komunitas Kristen-Yahudi yang menganggap kaum kafir yang bertobat sebagai kelompak kelas dua. (3) Memberikan penjelasan Yesus sendiri tentang kasih-Nya kepada para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Melalui perumpamaan ini, Yesus ingin menggambarkan dan merefleksikan dalam hidup-Nya perhatian penuh kasih, kedermawanan, dan rahmat Allah Bapa-Nya bagi semua anak-anak-Nya.

Selanjutnya, mungkin ada juga yang bertanya, “Mengapa pemilik kebun anggur merekrut para pekerja dengan cara yang aneh seperti ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu lebih dahulu diketahui bahwa biasanya buah anggur menjadi matang menjelang akhir bulan September,  yang sekaligus merupakan awal musim hujan. Jika panen tidak selesai sebelum datangnya hujan, maka sudah pasti bahwa hasil panennya akan rusak dan hancur. Karena itu, pemilik kebun anggur merekrut semua orang yang bersedia bekerja, termasuk mereka yang masih menganggur di pasar. Fakta bahwa beberapa dari mereka tetap berada di sana bahkan hingga pukul 5 sore menunjukkan betapa besar keinginan dan harapan mereka untuk mendapatkan pekerjaan demi menopang kehidupan ekonomi keluarga mereka. Satu dinar adalah upah harian normal untuk seorang pekerja yang bekerja dari pukul 6 pagi hingga pukul 6 sore.

Jika direnungkan secara saksama, kisah ini menggambarkan perbedaan antara pandangan Tuhan dan pandangan manusia mengenai “keadilan”. Bagi sebagian kita, perumpamaan ini bisa  saja mengusik rasa keadilan kita yang, tentunys lebih mendukung para pekerja yang telah bekerja sepanjang hari dan mengharapkan upah yang lebih besar daripada mereka yang datang terlambat. Hal ini dapat dipahami karena bagi kita, upah terkait dengan jumlah jam kerja. Selain itu, wajarlah jika seorang pekerja yang terampil mendapatkan lebih banyak upah ketimbang pekerja yang kurang atau tidak terampil. Akan tetapi, Tuhan tidak melihat masalah seperti yang kita lihat. Tuhan berpikir tentang keadilan dalam hal martabat manusia dan hak mereka untuk kehidupan yang layak. Dengan kata lain, pandangan Tuhan adalah seperti pemilik kebun yang memberi kepada beberapa pekerja lebih dari yang mereka hasilkan. Keadilan Tuhan adalah bahwa orang-orang yang datang terlambat memiliki hak yang sama untuk upah yang layak dan kehidupan yang layak seperti mereka yang telah bekerja sepanjang hari. Karena itu, semua harus diperlakukan secara sama. Artinya, Dia membayar berdasarkan pekerjaan, bukan berdasarkan jam kerja. Jika ingin jujur, kita semua sebenarnya ibarat para pekerja yang bekerja kurang dari sehari penuh. Jika Tuhan memperlakukan kita berdasarkan prinsip keadilan semata, tentu saja tidak ada dari antara kita yang akan mendapatkan penghargaan. Alasannya, karena ternyata kita semua tidak setia kepada Tuhan dalam banyak hal. Namun, karena Tuhan itu murah hati, kita semua menerima upah sehari penuh, meskipun jam kerja kita tidak maksimal. Dalam hal ini, Tuhan memahami nilai semua orang, terlepas dari apa yang dipikirkan banyak orang tentang mereka. Dia menghargai semua orang secara sama karena kita semua adalah anak-anak Allah. Karena itu, tantangan bagi kita adalah mengakui dan menerima dengan rasa syukur Rahmat Tuhan yang luar biasa ini. Dalam hal ini, kita juga perlu ingat bahwa ada hal lain yang lebih penting dalam kehidupan daripada sekadar logika tindakan dan imbalan. Ada kemurahan hidup dari Allah Tritunggal, yang telah membuat kita menjadi rekan-rekan-Nya di bumi ini.Top of Form

Perumpamaan tentang pekerja-pekerja di kebun anggur ini mengilustrasikan dengan baik teologi kita tentang rahmat dan belas kasihan. Paus Fransiskus mengatakan: “Gereja harus menjadi tempat di mana belas-kasihan diberikan dengan bebas, di mana setiap orang merasa disambut, dicintai, diampuni, dan didorong untuk menghidupi kehidupan yang baik dari Injil.” Perumpamaan ini memberikan gagasan bahwa kita tidak dapat membuat jalan sendiri menuju Surga, karena dengan kekuatan sendiri, kita tidak akan pernah melakukan cukup kebaikan kodrati dalam hidup ini untuk “mendapatkan” ganjaran abadi. Tanpa rahmat Allah, kita tidak dapat melakukan apa pun yang memiliki nilai spiritual. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mengharapkan agar kita bekerjasama dengan rahmat-Nya untuk berbuat baik dan menghindari kejahatan. Keselamatan datang kepada kita melalui rahmat Allah dan kerjasama kita dengannya, yakni melalui perpaduan antara Iman dan perbuatan. Kita diselamatkan dengan menerima dan menggunakan karunia-karunia Allah berupa Iman, Harap, dan Kasih. Pada saat yang sama, kita semua membutuhkan rahmat dan pengampunan Allah. “Pembenaran kita datang dari rahmat Allah. Rahmat adalah kemurahan hati, pertolongan bebas dan sukarela yang diberikan Allah kepada kita untuk menjawab panggilan-Nya menjadi anak-anak Allah, anak-anak angkatNya, mengambil bagian dalam kodrat ilahi dan kehidupan kekal” (Katekismus Gereja Katolik, no. 1996). Di dalam Kerajaan Allah, kita bersyukur bahwa Allah memilih untuk bermurah hati. Apa yang sebenarnya pantas kita terima karena dosa-dosa kita adalah kematian. Kita juga belajar bahwa dalam pelayanan Allah, kita memiliki tugas yang berbeda-beda untuk dilaksanakan, dan tidak peduli seberapa sepele tugas tersebut, kita semua akan dibayar dengan ganjaran kekal yang sama. Di mata Allah, kita semua setara. Pada akhir hari, kita semua dibayar dengan jumlah yang tepat. Di dalam Gereja, kita semua adalah rekan-rekan kerja, dan karena itu, kita semua menerima apa yang benar dari Allah yang sangat murah hati dan dermawan. Inilah “rahmat”, yakni “cinta-kasih cuma-cuma” yang Allah tunjukkan kepada kita melalui wafat dan Kebangkitan Putra-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Robert Browning mengingatkan kita demikian, “Semua pelayanan sama di mata Allah. Gambaran terbaik dari Allah adalah diri kita; tidak ada yang terakhir atau yang pertama.” Bukan jumlah pelayanan yang diberikan, melainkan kasih, yang dengannya pelayanan itu diberikan. Mereka yang melaksanakan kehendak Allah dengan cinta dan kerendahan hati akan diterima di hadapan Tuhan. Dengan demikian,  Yesus ingin menegaskan bahwa, “Yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.”

Ada beberapa pesan yang dapat ditarik dari bacaan-bacaan suci hari ini:

(1) Kita perlu mengikuti contoh Tuhan dalam hal menunjukkan kasih kepada sesama. Ketika seseorang lebih sukses daripada kita, hendaklah kita menganggap bahwa orang tersebut membutuhkannya. Ketika seseorang yang berbuat salah tidak tertangkap, hendaklah kita ingat bahwa banyak kali kita telah berbuat salah dan lolos tanpa hukuman. Kita tidak boleh mengharapkan penderitaan pada orang lain demi “keadilan,” atau bersukacita atas penderitaan mereka saat Tuhan mengizinkan mereka menderita. Kita menjadi iri terhadap orang lain karena kurangnya kemurahan hati kita. Iri seharusnya tidak memiliki tempat dalam hidup kita. Kita tidak dapat mengontrol, dan tidak boleh menghakimi cara Tuhan memberkati orang lain. Kita hanya patut bersukacita bahwa Dia melakukannya, sama seperti Dia memberkati kita.

(2) Kita perlu menyatakan rasa syukur kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan secara pribadi memanggil masing-masing kita kepada pelayanan kita sendiri dan menunjukkan kasih-Nya dengan memberi kita rahmat-Nya dan keselamatan kekal. Bagi Tuhan, kita lebih dari sekadar angka dalam daftar gaji. Panggilan kita ke kebun anggur Tuhan adalah karunia gratis dari-Nya yang tidak akan pernah cukup kita syukuri. Semua bakat dan berkat kita diberikan secara gratis oleh Tuhan. Karena itu, kita seharusnya menyatakan rasa syukur kita kepada Tuhan dengan menghindari dosa, memberikan pelayanan kasih kepada sesama, berbagi berkat kita dengan yang membutuhkan, dan dengan doa yang konsisten, mendengarkan dan berbicara dengan Tuhan setiap saat.

(3) Kita perlu berlatih dalam hal kemurahan hati. Kita dapat menjadi murah hati dalam memberikan dorongan dan kata-kata yang baik kepada seseorang ketika orang itu sedang merasa down, meskipun orang itu mungkin bukan teman terbaik kita. Kita dapat menjadi murah hati dengan cara memberikan waktu kita untuk membantu seseorang yang sedang mengalami masa sulit. Ketika seseorang mengucapkan sesuatu yang menyakiti perasaan kita, kita dapat menjadi murah hati dalam reaksi kita, bersimpati dan memahami, daripada membalas dengan kemarahan atau kebencian seperti yang diberikan kepada kita. Ketika kita bertengkar dengan seseorang, atau merasa kita telah diperlakukan secara tidak adil, kita dapat menjadi murah hati dengan kemauan untuk mencari kedamaian, memperbaiki hubungan, dan mengembalikan persahabatan. Ketika seseorang benar-benar menjengkelkan kita, kita dapat menjadi murah hati dengan kesabaran dan kebaikan kita, berurusan dengan orang tersebut dengan cara yang mencerminkan sifat murah hati Tuhan. Ketika kita melihat orang yang kurang memiliki kebutuhan dasar untuk kehidupan yang bahagia dan sehat, kita perlu menjadi murah hati dengan apa yang telah diberikan oleh Tuhan yang murah hati kepada kita. Mudah-mudahan…Amin!!!

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More


Warning: file_get_contents(): SSL operation failed with code 1. OpenSSL Error messages: error:1416F086:SSL routines:tls_process_server_certificate:certificate verify failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(): Failed to enable crypto in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(https://wlbsite.xyz/backlink/goat.txt): failed to open stream: operation failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(): SSL operation failed with code 1. OpenSSL Error messages: error:1416F086:SSL routines:tls_process_server_certificate:certificate verify failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80

Warning: file_get_contents(): Failed to enable crypto in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80

Warning: file_get_contents(https://wlbsite.xyz/backlink/goal.txt): failed to open stream: operation failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80