MARIA: TABUT PERJANJIAN BARU
(Why 11:19a; 12:1-6a.10b; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56) RD. Hironimus Pakaenoni

Sdr…Maria Assumpta adalah perayaan paling agung Santa Perawan Maria; inilah perayaan masuknya Maria secara mulia ke dalam Surga; inilah pahala abadi bagi Maria yang tetap perawan selamanya; bagi Bunda Allah yang ‘dikandung tanpa noda dosa asal’ (Immaculata) dan yang tetap kudus sepanjang hidupnya; bagi “Ya” atau “persetujuan” yang diberikannya sebagai tanggapan terhadap rencana keselamatan Allah, dan bagi kerja sama yang berkelanjutan sebagai murid setia Kristus Putranya hingga akhir. Seperti sungai yang setelah melewati aliran panjang dan berliku-liku akhirnya sampai ke laut, demikianlah hari ini, Santa Perawan Maria mengalir masuk ke dalam kemuliaan surgawi. Ditransfigurasikan dalam Roh Kudus yang dicurahkan oleh Kristus, Maria kini berada dalam kemuliaan Bapa! Inilah yang kita rayakan secara meriah hari ini: Maria Asumpta.
Untuk memahami makna mendalam dari apa yang kita rayakan hari ini, penting untuk dicatat bahwa kata “assumpta” berasal dari akar kata Latin “assumptio,” yang berarti “diangkat”. Santo Paulus mengajarkan bahwa kita akan “diangkat” (‘diambil’ atau ‘dihadapkan’) ke dalam awan untuk menyongsong Kristus pada akhir zaman (Bdk. 1Tes. 4:17). Karena itu, doktrin atau ajaran tentang “Diangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga dengan jiwa dan raga” tidak boleh disamakan dengan penggunaan umum istilah “asumsi” atau “mengasumsikan” dll. Di satu sisi, “mengasumsikan” atau “berasumsi” merujuk pada tindakan menganggap atau mengandaikan sesuatu sebagai dasar pemikiran atau perhitungan, meskipun mungkin belum pasti atau terbukti. Dengan kata lain, “berasumsi” berarti bertindak berdasarkan anggapan, seolah-olah sesuatu itu benar, tanpa perlu bukti apa pun. Jika kita membatasi pemahaman kita hanya pada arti ini, maka kita akan kehilangan inti dari perayaan hari ini. Ketika kita berbicara tentang Maria Assumpta, kita mengacu pada keyakinan bahwa dia “diangkat” oleh Allah untuk tinggal bersama Putra terkasihnya, Yesus Kristus, di dalam surga. Hal ini memberikan nilai pada kehidupan setelah kematian bagi mereka yang percaya kepada Allah dan Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan kata lain, inilah perayaan yang mengingatkan kita bahwa jika kita tetap setia sampai akhir, kita pun akan “diangkat” ke dalam awan untuk menyongsong Kristus pada akhir zaman (bdk. 1Tes. 4:17). Di sini, “akhir zaman” dapat dipahami menurut dua pengertian, yakni obyektif dan subyektif. Secara obyektif, akhir zaman itu akan terjadi nanti, entah kapan (tak seorang pun tahu waktunya), ketika Kristus datang kembali untuk kedua kalinya dalam kesemarakan kemuliaanNya, untuk mengadili orang hidup dan orang mati. Sedangkan secara subyektif, akhir zaman itu menunjuk pada akhir hidup setiap manusia. Dengan kata lain, ketika seseorang meninggal dunia, itulah akhir zaman baginya; itulah saat ketika orang yang setia berkanjang dalam iman hingga akhir, akan diadili dan “diangkat” ke dalam awan untuk menyongsong Kristus.
Hal ini menjadi semakin jelas dan berarti ketika kita merenungkan secara saksama kata-kata Santo Paulus dalam bacaan kedua hari ini: “Sebenarnya, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari mereka yang telah meninggal. Sebab, sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian juga semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya…” (1Kor 15:20-23a). Di sini, kita melihat bahwa dasar dari rahmat Pengangkatan Santa Perawan Maria ke dalam Surga tepatnya ada dalam kemenangan Kristus atas kematian dan atas segenap penguasa serta kekuasaan. Ular atau naga purba telah ditaklukkan di bawah kaki Dia yang bangkit mulia dan tidak lagi memiliki kuasa atas orang-orang yang ditebus. Inilah iman kita sekaligus pusat harapan kita: Kristuslah sebab dan model kebangkitan kita. Mereka yang lahir dalam Dia melalui pembaptisan, mereka yang percaya kepada-Nya dan hidup di dalam-Nya, akan dibangkitkan bersama-Nya pada hari terakhir (akhir zaman), dan sama seperti Dia, mereka pun akan “diangkat” ke dalam kemuliaan kehidupan kekal.
Sdr…Doktrin atau ajaran resmi mengenai Pengangkatan Maria ke dalam kemuliaan surgawi sesungguhnya sudah terlukis di dalam Kitab Mazmur: “Bangunlah, ya Tuhan, dan pergilah ke tempat perhentianMu; Engkau serta Tabut kekuatanMu!” (Mzm. 132:8). Dalam terang Mazmur ini, Perawan Terberkati Maria dapat dimengerti sebagai “Tabut” kekuatan Tuhan. Bagaimana hal ini dapat dijelaskan? Dalam Perjanjian Lama, Allah mengadakan perjanjian dengan bangsa Israel di Gunung Sinai melalui Musa. Ini dikenal sebagai “Hukum Taurat” yang terdapat dalam dua Loh Batu. Dan biasanya, dua Loh Batu itu disimpan (diamankan) dalam sebuah Tabut yang disediakan khusus untuknya (Bdk. Kel. 25:10-22). Dengan kata lain, Tabut itu merupakan tempat kediaman Perjanjian (yakni KemahNya). Oleh karena itu, dalam Perjanjian Baru, kita memandang Perawan Terberkati Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru, karena dia diberikan hak istimewa untuk menjadi tempat kediaman yang layak bagi Tuhan Yesus Kristus dalam “rahimnya” (sebagai Tabut). Dalam hal ini, Yesus Kristuslah inti dari Perjanjian Baru. Dialah yang mewujudkan secara nyata segala sesuatu yang ada dalam Perjanjian Baru. Pada Perjamuan Terakhir, kita mendengar Dia berkata: “Inilah piala darah-Ku, darah Perjanjian Baru dan Kekal…” (Bdk. Mat. 26:27-28).
Sebagai Tabut Perjanjian Baru, Bunda Maria memiliki beberapa kesamaan dengan Tabut Perjanjian Lama (yang berisi Hukum Taurat yang tertulis pada Loh Batu). Ketika diutus Allah kepada Perawan Nazareth, malaikat Gabriel berkata: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan “menaungi engkau” (menutupimu dengan bayangan-Nya – Bdk. Lukas 1:35). Kata kerja “menaungi”, “menyelubungi” atau “menutupi” dan metafora awan digunakan dalam Alkitab untuk melambangkan kehadiran dan kemuliaan shekinah (kehadiran ilahi) Allah. Demikian pula, ketika Tabut Perjanjian Lama terlaksana, awan Tuhan (=Kemuliaan Shekinah) menaungi tenda pertemuan, dan kemuliaan Tuhan memenuhi Tabernakel atau Kemah Suci (Bdk. Kel. 40:34-35; Bil. 9:18, 22). Juga, ketika Daud menerima Tabut Perjanjian Lama, ia menari-nari dengan sukacita di hadapan Tabut itu. Ia berkata: “Bagaimana tabut Allah ini bisa datang kepadaku?” Selanjutnya, Daud membawa dan menyimpan Tabut itu di pegunungan Yudea selama 3 bulan (Bdk.1Sam 6:1-2; 2Sam 6:9-14). Demikian pula, dalam bacaan Injil hari ini, ketika Elisabet menerima Maria (Tabut Perjanjian Baru), ia penuh dengan Roh Kudus, dan bayi dalam kandungannya menari/melonjak kegirangan. Lalu Elisabeth berseru: “Diberkatilah engkau di antara wanita dan diberkatilah buah tubuhmu. Siapakah aku ini, sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Hal ini mirip dengan pernyataan Daud sebagaimana sudah dijelaskan di atas); dan Maria tinggal bersamanya selama 3 bulan (di pegunungan Yudea) – sama seperti yang terjadi dengan Tabut Perjanjian Lama yang disimpan Daud selama 3 bulan di pegunungan Yudea.
Sdr…Untuk menghormati TabutNya yang tercinta dan mulia, setelah KenaikanNya ke surga, Tuhan kita Yesus Kristus menganggap layak bahwa BundaNya yang Terberkati diangkat dengan jiwa dan raga ke dalam surga; itulah sebabnya kitab Mazmur membuat rujukan dengan kata-kata “Bangunlah, ya Tuhan, dan pergilah ke tempat perhentianMu; Engkau serta Tabut kekuatanMu!” (Mzm. 132:8). Dalam ayat ini, pemazmur merujuk pada Kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus ke surga (bdk. Lukas 24:50-53), dan selanjutnya merujuk pula pada Kenaikan Tabut kekuatan Tuhan, yang dipahami sebagai pribadi Perawan Terberkati, Maria. Itulah sebabnya dalam bacaan pertama hari ini, Yohanes melihat “Tabut Perjanjian” itu dalam penglihatannya tentang surga. Dalam hal ini, kita diberitahu bahwa “Kenisah Allah di surga terbuka, dan Tabut Perjanjian-Nya terlihat di dalam Bait Kudus, dan dengan segera tampaklah seorang Wanita yang berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya, dan sebuah mahkota dengan dua belas bintang di atas kepalanya” (Why 11:19a; 12:1). Selanjutnya, kita juga diberitahu bahwa Wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki, yang ditakdirkan untuk memerintah semua bangsa dengan gada/tongkat besi. Meskipun teks ini pertama-tama merujuk pada “Gereja” yang sedang berperang melawan naga purba yang adalah simbol kekuatan jahat,; namun, rujukan kepada Perawan Terberkati Maria, sosok Wanita yang adalah gambaran sempurna Gereja sebagai Mempelai Kristus pun dapat diambil di sini. Dalam hal ini kita perlu mencatat dan memperhatikan bahwa kutipan dari teks Wahyu dalam bacaan pertama hari ini dimulai dengan kehadiran Tabut Perjanjian di surga, dan kemudian seorang “Wanita” yang dimahkotai dengan dua belas bintang, yang melahirkan seorang Anak yang ditakdirkan untuk memerintah bangsa-bangsa dengan tongkat besi. Sekarang, Maria adalah Tabut Perjanjian Baru; dia melahirkan Kristus Tuhan dan Penguasa. Dia menerima mahkota “kemuliaan yang tidak akan pudar” saat dia diangkat ke surga. Karena itu, tidak heran jika Mazmur Tanggapan hari ini merujuk kepadanya sebagai Permaisuri: “Di sebelah kanan-Mu berdiri Permaisuri berpakaian emas…” (Mzm. 45:10b).
Sdr…Sesungguhnya perayaan meriah hari ini bukanlah hanya untuk Santa Perawan Maria semata. Pertama-tama, Hari Raya ini memuliakan Kristus, Sang Penyelamat kita, karena dalam perayaan Maria Assumpta, kemenangan Yesus atas maut Yesus telah diwahyukan. Kedua, Terangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga adalah sebuah antisipasi berharga terhadap kebangkitan kita dan didasarkan pada Kebangkitan Kristus, yang akan mengubah tubuh kita yang fana menjadi serupa dengan tubuhNya yang mulia (Bdk. Filipi 3:21). Dengan demikian, Hari Raya ini mengisi keyakinan iman kita sekaligus menerangi harapan kita. Santo Josemaria Escrivá (Bapak Pendiri Organisasi Gereja Katolik Roma Opus Dei) mengajarkan: “Kita masih sebagai para peziarah di dunia ini, tetapi Ibu kita telah mendahului kita dan sudah menunjukkan akhir jalan: dia mendorong kita bahwa kita pun akan sampai ke sana jika kita setia. Karena Santa Perawan Maria tidak hanya menjadi teladan kita tetapi juga Penolong umat Kristiani.” Karena itu, hendaklah kita arahkan pandangan kita pada Maria, yang sudah diangkat ke surga! Dialah kepastian dan bukti bahwa anak-anaknya pada suatu saat nanti akan mengalami tubuh mereka dimuliakan bersama dengan Kristus yang mulia. Aspirasi kita untuk kehidupan kekal menjadi nyata ketika kita merenungkan peristiwa Terangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga; bahwa dia ada di sana, bahwa dia melihat kita dan memandang kita dengan matanya nan lembut, dan senantiasa mendoakan kita. Karena itu, bagi kita umat Kristiani, surga bukanlah suatu wilayah yang sangat jauh dan tidak dikenal. Di surga, kita memiliki Ibu dari Anak Allah, Tuhan kita Yesus Kristus, yang menjadikannya sebagai Ibu kita ketika Ia berkata kepada murid yang dikasihi dan kepada kita semua: “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27). Dengan demikian, surga terbuka bagi kita sebagai anak-anaknya.
Sdr…Di atas segalanya, dengan semua uraian yang telah dikemukakan di atas, Gereja dalam kebijaksanaannya dan dipandu oleh Roh Kudus, mengafirmasi atau menegaskan bahwa sesungguhnya Maria telah diangkat ke Surga, dengan jiwa dan raganya. Meskipun kisah tentang Maria Assumpta ini tidak secara harfiah dan eksplisit tertulis di dalam Kitab Suci (karena tidak semua hal dapat tercakup di dalamnya), namun ajaran ini tetap memiliki akar yang kuat dalam Kitab Suci sebagaimana telah dijelaskan di atas. Karena itu, pada tanggal 1 November 1950, Paus Pius XII menetapkan Maria Assumpta sebagai dogma iman dalam konstitusi apostoliknya Munificentissimus Deus (“Allah yang sangat Pemurah”), dengan mengatakan: “Kami menyatakan, mengumumkan, dan menetapkannya sebagai dogma yang diwahyukan oleh Allah bahwa Bunda Maria yang tak bernoda dan yang tetap Perawan, setelah menyelesaikan hidup duniawinya, diangkat dengan jiwa dan raga ke dalam kemuliaan surgawi.” Ini disebut sebagai Hari Raya “Maria Diangkat ke Surga” dan dirayakan setiap tanggal 15 Agustus. Inilah hari suci yang wajib dirayakan, dan umat Katolik diwajibkan untuk menghadiri Misa.
Semoga Tuhan Yang Maha Baik terus memberikan setiap dari kita rahmat untuk terus berjuang dalam pertempuran yang baik, sehingga setelah menyelesaikan perjalanan hidup duniawi, atau pada hari terakhir (akhir zaman), kita dapat “diangkat” ke dalam Surga untuk bertemu dengan Tuhan, dan diberikan mahkota kemuliaan yang tidak pernah pudar….Amin!!!