Retret Noemeto

0 81

Dua Minggu saya berada di Noemeto. Dari tanggal 15-27 Oktober 2023. Saya diminta untuk memberikan retret bagi para Pater dan Bruder SVD Provinsi Timor. Ini pengalaman pertama memberi retret untuk kelompok besar seperti ini. Baik besar jumlah maupun besar kompetensi mereka dalam kerohanian. Roh Kudus akan bekerja. Maka saya terima.
Retret dua gelombang. Pertama dari tanggal 15-20. Kedua dari tanggal 22-27. Pesertanya orang-orang hebat dari kongregasi SVD yang terkenal dengan spiritualitas sabda. Maka saya memutuskan menyiapkan bahan retret dari kitab suci saja. Tidak dari buku-buku rohani rujukan dengan tema tertentu. Ini saatnya berjalan pulang ke titik awal yaitu mendengarkan suara Sang Sabda yang memanggil dan mengutus. Back to basic: the Word of God. Sabda Allah. Sebagaimana telah dilakukan oleh Bapa Pendiri SVD, Santo Arnoldus Janssen.
Dalam proses retret saya mengajak peserta untuk membaca teks pilihan dari keempat Injil. Membaca dengan penuh perhatian dan meresapkan setiap kata yang diucapkan. Tujuannya untuk merasakan kekuatan sabda itu dalam diri. Sabda Allah itu penuh daya dan berkekuatan transformatif. Dengan membaca penuh perhatian, kita berjumpa dengan Kristus sendiri yang berbicara kepada kita.
Sesudah itu, para peserta diajak untuk mendalami teks dengan mencermati teks, baik dalam konteks maupun dalam perspektif analisis kosa kata dan keseluruhan isi untuk mendapatkan pesan teks. Pada tahap ini hal-hal sosio-kultural yang menjadi latar belakang kosa kata tertentu dijelaskan untuk mendapat pemahaman yang tepat dan menyeluruh mengenai teks. Boleh dikatakan ini adalah sebuah proses eksegese kecil untuk menggali pemahaman tertentu di balik cerita tentang Yesus. Figur Yesus tetap ditempatkan sebagai Guru dan Tuhan yang memanggil dan memproses para murid dalam sebuah formasi kemuridan agar mereka mampu menjadi murid sejati yang melaksaksanakan perutusan dengan setia.


Setelah mencermati teks dan memahaminya, proses berlanjut pada penemuan pesan teks dalam kerangka formasi kemuridan. Hal ini dilihat dari sisi Yesus yang memanggil dan memproses para murid. Kata dan tindakan formatif Yesus dilihat sebagai pesan khusus dari teks untuk dipahami dan dijadikan bahan pembelajaran. Poin-poin pesan teks itu dilihat dalam alur formasi kemuridan yang dilaksanakan oleh Yesus.
Tahap berikutnya adalah melihat relevansi kemuridan. Maksudnya ditinjau dari sisi para murid, hal apa saja yang ditemukan dari pesan teks tersebut untuk membantu para murid dalam proses pembelajaran. Kata dan tindakan sang Guru dijadikan inspirasi untuk membentuk wawasan kemuridan otentik dalam kehidupan panggilan dan perutusan. Pada tahap ini dicermati pula kaitan antara formasi kemuridan zaman Yesus dengan formasi kemuridan masa kini. Ada tinjauan perbandingan sebagai bahan pembelajaran bagi para murid masa kini.

Sharing pengalaman konkrit dapat menajamkan pemahaman tentang isi teks dan kontekstualisasinya pada kehidupan kini dan di sini.
Tahap terakhir adalah aktualisasi teks pada situasi kehidupan kekristenan pada umumnya dalam keberhadapan dengan aneka tantangan masa kini. Aneka bentuk tantangan masa kini disimpul dalam apa yang disebut Paus Benediktus XVI sebagai musuh Gereja nomor satu masa kini, yaitu relativisme. Berbarengan dengan relativisme ini, ada pula isme-isme negatif lainnya yang merongrong kehidupan kekristenan masa kini, seperti sekularisme, liberalisme, hedonisme, konsumerisme, seksualisme, individualisme, indiferentisme, materialisme, dll. Semuanya ini menebarkan pengaruh negatif yang menggerogoti kehidupan iman, moral, sosial, inteletual, spiritual murid Kristus. Timbullah aneka bentuk kemerosotan iman dll. Tidak saja melanda kehidupan umat, tetapi juga kaum berjubah. Maka dalam situasi ini, sesuai inspirasi dari teks, diulas apa yang dapat dilakukan oleh seorang murid Kristus dalam panggilan dan perutusannya. Ada banyak hal yang dapat dilakukan. Secara internal, mulai dalam diri yaitu keberanian untuk discerment, mawas diri, refleksi, autokritik, yang dilandasi dengan doa dan Lectio Divina yang intensif dan berkanjang. Hal lain adalah pengembangan talenta secara kreatif-inovatif-solutif untuk pelayanan pastoral yang bermutu. Demikian juga secara eksternal berupa pelaksanaan karya pastoral di bidang karya yang dipercayakan dengan semangat cinta kasih pastoral, secara positif dan selalu berpola pada pelayanan Yesus Sang Guru.


Retret sudah selesai. Kami telah berproses bersama. Dalam proses berjalan bersama ini, saya juga menularkan semangat membaca dan merenungkan bacaan Injil untuk persiapan kotbah atau homili. Metode ini memberikan gambaran tentang pentingnya menyiapkan kotbah atau homili secara baik dengan berpedoman pada sabda Tuhan. Kembali ke asal: Sabda Allah dalam kitab suci. Kotbah atau homili hendaknya berbasis pada teks kitab suci. Bukan keluar dari teks dan melanglang buana ke mana-mana tanpa arah yang jelas. Aspek inipun ditanggapi dengan positif oleh para peserta retret. Ada antusiasme untuk menerapkan pola pembacaan teks Injil ini dalam perutusan khususnya dalam berliturgi yang baik dan benar untuk kepentingan jiwa-jiwa yang dipercayakan Tuhan. Salus animarum suprema lex. Keselamatan jiwa-jiwa adalah hukum yang tertinggi. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More