Vita Itu Hidup
Tahun 1986, saya memasuki SMA Seminari Lalian. Angkatan kami saat itu 78 orang. Salah satu siswa baru waktu itu bernama Alexander Mberu, dari Kefa. Dia tidak menyelesaikan sekolah di seminari. Sejak dia keluar dari seminari saya tidak bertemu dia sampai akhirnya berjumpa kembali di Matani setelah berpisah puluhan tahun. Saat itu saya diminta olehnya untuk memberkati peletakan batu pertama pembangunan rumah milik adiknya yang dosen teknik di FT Unika Widya Mandira Kupang, ibu Lia Mberu.
Perjumpaan kedua terjadi Selasa malam, 24/10. Dia bersama anaknya Vita Mberu datang mengunjungi saya di Noemeto membawa salad buah hasil kreasi anaknya. Saya berada di Noemeto untuk memberikan retret bagi para Pater dan Bruder SVD Timor selama dua minggu. Ketika saya beritahu bahwa saya ada di Noemeto, dia berusaha datang bertemu, sekaligus bernostalgia tentang masa-masa di seminari.
Tapi saya terkesan dengan kreasi anaknya Vita. Obrolan kami beralih ke Vita. Menarik bahwa dia menamai anak putri semata wayang ini Vita Mberu. Kami berdua dulu di Lalian, saat kelas persiapan, belajar bahasa Latin dari pak Alo Neno. Salah satu kata yang dihafal adalah Vita yang berarti hidup. Memang, Vita itu hidup.
Tapi anak perempuan yang bernama Vita Mberu ini tidak sekedar memiliki nama yang berarti Hidup. Apa yang dilakukannya menunjukkan bahwa dia sungguh hidup dan memaknai hidupnya dengan karya kreatif yang menghidupkan dirinya maupun keluarganya. Bahkan ke depan, dia bisa menghidupkan juga orang lain dengan karyanya.
Dalam bincang-bincang malam itu, Vita berkisah tentang dirinya dan bagaimana dia sampai pada usaha kreatifnya bernama Vitapung_saladbuah. Dia tamat dari UNIMOR Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen, tahun 2019. Studi ekonomi ternyata sesuai minat dan bakatnya di bidang wirausaha. Dengan talenta di bidang tata boga, dia mulai berpikir kreatif menerapkan ilmu yang didapatnya di bangku kuliah. Dia mencoba berwirausaha pada semester 4 dengan membuat keripik ubi. Hasil kreasinya dijual di kalangan terdekat. Ternyata keripik ubinya laku keras. Olahan kreatifnya disukai banyak orang. Tetapi karena produksi ubi dari petani bersifat musiman, produk keripik ubi pun muncul tergantung ketersediaan bahan. Maka dia coba membuka peluang usaha di bidang salad buah. Dia lalu membuat akun Vitapung_saladbuah, akun Instagram, sebagai jalan untuk promosi usahanya secara online. Hasilnya di luar dugaan. Banyak sekali permintaan di seluruh Kefa. Bahkan di Atambua. Ada juga permintaan dari Kupang tapi dia belum bisa melayani karena belum temukan cara pengiriman yang menjamin saladnya masih baik. Atambua sangat mungkin karena jaraknya lebih dekat. Pengiriman biasanya dilakukan dengan penitipan melalui bus.
Satu hal yang menarik, dia menjaga kepercayaan dengan pelanggan melalui sistem terima barang baru bayar. Sejauh ini para pelanggan pun membayar setelah barang tiba di tangan. Untuk yang jauh biasanya dikirim melalui transfer antar bank. Sedangkan yang dekat di sekitar Kefa, bisa transfer, bisa pula tunai.
Uang hasil wirausahanya dipakai untuk biaya kuliah sampai selesai, dan sekarang dipakai untuk mengembangkan usahanya. Sebagai lulusan manajemen, dia mengatur uangnya dengan baik. Uang disimpannya di bank dan CU. Saya mengajak dia untuk investasi di koperasi. Beberapa tips saya kemukakan padanya tentang manajemen keuangan melalui koperasi baik untuk investasi maupun pengembangan usaha ke depan. Dia paham dan akan mencobanya.
Meskipun dia dikenal melalui akun Vitapung_saladbuah, tapi bakatnya di bidang boga tidak terhenti di situ. Melihat peluang kuliner yang menjanjikan, dia sudah mulai mengembangkan usaha juga dengan membuat roti dan cake yang khas karyanya. Dia berupaya agar roti dan cake itu memiliki rasa khusus yang beda, yang membuat pelanggannya selalu ingat. Sejauh ini sudah berjalan baik dan terus dikembangkan.
Tidak hanya itu. Vita, sesuai arti namanya, terus menghidupkan usahanya dengan catering. Isinya berupa snack box dan nasi paket. Banyak instansi yang memesan produknya bila ada kegiatan. Dia berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Karena itu dia selalu menjaga mutu produknya.
Saat mengobrol tentang aneka produk yang dikembangkan ini, saya memberikan satu masukan kepadanya tentang perlu adanya dapur kreatif. Di dapur itu, dia mencoba meracik aneka resep untuk menghasilkan produk unggulan yang khas dan berkualitas. Dia dapat mempelajari resep lokal dan memadukan dengan resep mancanegara untuk mengkreasikan satu produk baru yang menarik. Untuk itu saya usulkan dia supaya belajar dari adik saya Dicky Senda dengan dapur lakoat.kujawas yang kini tren hingga luar negeri. Dia dapat membuka jaringan dengan pihak-pihak yang seide untuk berbagi ide dan berdiskusi untuk mengembangkan kreativitasnya. Ada Dicky Senda di Kapan. Ada ibu Lani di Malaka. Ada orang tertentu di Jawa yang sigap membantu.
Vita membawa untuk saya salad produksinya. Ternyata memang enak. Dia betul-betul menjaga kualitas. Walaupun tidak menyebutkan jumlah omset penjualan dan aset yang dimiliki sekarang, tapi dari nada ceritanya saya menangkap bahwa dia sekarang cukup mapan. Bapaknya yang adalah teman saya juga mengakui hal itu. Dalam kesempatan tertentu ketika mereka kesulitan uang, dia turun tangan membantu orang tuanya. Dia benar-benar telah belajar mandiri sejak semester 4 di bangku kuliah.
Talenta yang dimilikinya tidak disia-siakan. Dia terus berdayakan dengan aneka kreativitas. Beberapa masukan dari saya memberi inspirasi baginya untuk terus mengembangkan usahanya. Vita itu hidup. Dan dia memang sungguh hidup dengan wirausahanya ini. Lebih dari itu, secara perlahan Vita menjadikan hidupnya bermakna bagi manusia lain melalui pelayanannya di bidang kuliner. Ke depan, bola usahanya berkembang jadi besar, dia juga akan menghidupkan anak muda kreatif lainnya yang mau bekerja sama dengan dia. Itulah hidup. Kata Sam Ratulangi, sitou timou tumou tou. Artinya manusia hidup menghidupkan manusia lain. Vita hidup, menghidupkan Vita-Vita yang lain. Namanya Vita Mberu. Bapaknya Sander Mberu. Bibinya Lia Mberu.