Rosi dari Munchen

Rosi dari Munchen
Nama lengkapnya Rose Mary
Muhlhub. Nama panggilannya Rosi. Kami berjumpa di Oekusi, dalam rangka kegiatan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPKM) Internasional yang diselenggarakan oleh Instituto Superior de Filosofia e de Teologia (ISFIT) Dili dan Fakultas Filsafat (FF) Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Dia hadir sebagai tenaga Dosen ISFIT dan ikut dalam Tim Penelitian.
Rosi berasal dari Munchen, di bagian pedalaman yang sangat familiar dengan pertanian. Orangtuanya petani dengan lahan pertanian yang sangat luas. Kakeknya, sebelum beralih jadi petani, adalah seorang tentara Jerman dan ikut perang di pelbagai tempat. Sesudah perang dia berhenti dari kedinasan tentara dan beralih jadi petani di pedalaman. Tanah itulah yang diwariskan kepada orangtua Rosi. Ayah Rosi adalah anak adopsi karena kakeknya tidak punya keturunan. Ayahnya diangkat anak oleh kakeknya dan menjadi pewaris lahan pertanian.
Setelah ayahnya menikah dengan ibunya, keduanya memilih untuk tetap menjadi petani dan hidup jauh dari keramaian kota. Makanan berlimpah. Situasi desa dengan alam yang indah dan udara bersih membuat mereka nyaman tinggal di desa. Selain itu, di lingkungan demikian, nilai keagamaan masih tertanam kuat sehingga keluarga mereka masih bertahan dengan nilai-nilai kekatolikan. Keluarga ini menjadi keluarga beriman yang tetap setia menghayati hidup iman kristiani. Setiap hari mereka berdoa rosario. Salah seorang saudarinya menjadi biarawati.
Ketika dia melanjutkan pendidikan di kota Munchen, dia menjadi satu-satunya anak gadis di kelasnya yang masih setia ke gereja setiap hari Minggu. Dia juga aktif dalam kegiatan paroki. Ketika berusia 16 tahun dia mengenal Fidesco, sebuah organisasi awam Katolik Jerman yang menyediakan tenaga awam misionaris untuk dikirim ke mancanegara sebagai voluntir awam misionaris yang membantu Gereja lokal dengan pelbagai pelayanan yang dibutuhkan sesuai kompetensi mereka. Selama satu tahun dia mempelajari organisasi ini, yakni di tahun 2014. Setelah itu dia memutuskan untuk bergabung dan siap untuk diutus ke mana saja.
Rosi memiliki kehidupan rohani yang terolah baik. Dia setia berdoa, berefleksi dan rajin mengikuti semua aktivitas rohani paroki di mana dia berada, terutama misa harian dan misa hari Minggu. Dia menyadari bahwa Tuhan memanggil dia untuk bermisi sebagai awam.
Dia percaya penyelenggaraan ilahi. Penyelenggaraan ilahi itu membawanya untuk bermisi ke Timor Leste. Ketika ISFIT Dili membutuhkan tenaga misionaris awam yang bisa membantu di bidang pendidikan, dia siap untuk diutus. Fidesco mengutusnya ke Dili. Dalam waktu singkat dia bisa belajar bahasa Tetum dan berbicara dengan lancar. Di ISFIT dia mengajar bahasa Inggris, meskipun kompetensinya di bidang Matematika. Dia menikmati perutusannya di Timor Leste dan melaksanakan semua tanggung jawabnya dengan setia.
Ketika Rm John Subani, Dekan FF, mengajaknya bermisi di Kupang, dia kurang antusias. Rm John bercakap-cakap dengannya dalam bahasa Jerman. Akhirnya dia tertarik juga. Tetapi dia katakan bahwa semuanya tergantung keputusan dari Fidesco. Pada prinsipnya dia siap untuk diutus ke mana saja. Lembaga Fidesco mengirim misionarisnya ke lembaga Gereja yang membutuhkan di negara manapun. Lembaga yang membutuhkan bisa mengirim surat permohonan dengan persetujuan Uskup setempat untuk meminta bantuan tenaga awam misionaris. Fidesco akan mempertimbangkan permintaan itu dan memutuskan untuk menerima atau tidak. Jika menerima maka Fidesco akan mencari anggota awam yang sesuai dengan kompetensi yang diminta, dan juga kesediaan yang bersangkutan untuk bermisi. Rosi sendiri selalu membawa permintaan Fidesco dalam doa pergumulan dan refleksi sebelum memutuskan untuk menerima tawaran misi tersebut. Dari pengalaman olah rohaninya, dia dapat membuat discerment yang bermuara pada keputusan tepat. Di atas segalanya dia tetap percaya akan penyelenggaraan ilahi. Sejauh ini, dia bersaksi, selalu ada pengalaman rahmat di setiap kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Baginya, mukjizat itu nyata. Dalam refleksinya, dia selalu menemukan kebaikan Tuhan di balik setiap peristiwa hidup yang dialaminya.