Berjuang Dengan Doa dan Kesabaran

Namanya Johana Caterina Asbanu. Biasa dipanggil Yoka. Kami berjumpa lagi setelah 30an tahun berpisah setamat SMPN 1 Soe. Reuni kali ini hanya berempat, yakni Yanti Kaesmetan, Yoka Asbanu, Alfred Selan dan saya. Kami berbagi cerita banyak hal, namun saya fokus pada kisah hidup Yoka yang inspiratif.
Setamat SMPN 1 Soe, Yoka melanjutkan SMA Petra Surabaya. Dia juga mengajak Marten Imanuel Benu, yang kemudian menjadi dokter. Setamat SMA di balik ke Kupang karena lulus Sipenmaru FH Undana. Meskipun menggondol sarjana Hukum, dia tidak ingin menjadi PNS. Karena cita-citanya adalah bekerja di Jawa. Dua tahun berlalu tanpa apa-apa setelah tamat kuliah. Meskipun dibujuk orangtuanya untuk tes PNS dia tidak mau. Akhirnya dia diizinkan merantau ke Jakarta mengikuti kakaknya yang lebih dahulu bekerja di Jakarta.
Selama di Jakarta dia berusaha melamar ke pelbagai tempat kerja tapi tidak ada yang menerimanya. Dua tahun berlalu tanpa hasil. Tapi dia tidak putus asa. Ora et labora tetap dihayati. Berdoa dan berjuang tak kenal lelah. Akhirnya jawaban tiba. Buah dari iman dan kesabaran.
Bapaknya ternyata punya kenalan yang adalah Dirjen Perhubungan waktu itu. Saat adiknya melamar ke Dinas Perhubungan, adiknya dinyatakan tidak lulus, tapi tanpa penjelasan dan tidak ada nilainya. Adiknya sampaikan ke bapaknya. Bapak menyuruh dia mengantar adiknya ketemu pak Dirjen. Dia pun membantu mengantar adiknyaa ketemu Dirjen. Ternyata Dirjen amat welcome dan membantu mereka. Setelah dicek, ternyata memang ada kecurangan. Maka Dirjen perintahkan agar adiknya diterima dan ditempatkan di Makassar. Di akhir pertemuan itu, Dirjen mamu memberi uang kepadanya, tapi Yoka menolak. “Kalau Bapak beri saya uang, sesudah ini saya akan habiskan dan tidak ada uang lagi. Tapi kalau Bapak bantu saya agar dapat pekerjaan, maka saya akan mempunyai uang seumur hidup.” Dirjen saangat terkesan dengan pernyataannya dan segera membantu. Dirjen menelpon kenalannya untuk menerima Yoka berkerja. Tapi persis krisis moneter 1998. Semua berantakan. Sang Dirjen pindah entah ke mana. Peluang di depan mata lenyap.
Namun nasib baik menuntunnya untuk bertemu dengan Helmy Yahya yang sedang mempopulerkan artis cilik Yoshua. Dia diperkenalkan kepada Yosua oleh kenalan adiknya. Setelah menjalani tes dan wawancara dia dinyatakan diterima.
Penempatan yang diminta Helmy Yahya adalah di PH atau Rumah Produksi. Tapi oleh HRD dia ditempatkan di bagian peralatan. Tiga bulan berjalan. Helmy Yahya tidak melihat dia di ruangan kerja semula. HRD menjelaskan tapi tidak diterima Helmy Yahya. Pokoknya Johana harus kembali ke PH.
Beberapa hari lewat, HRD masih keras kepala. Akhirnya Helmy Yayhya beri ultimatum kepadanya. Dengan terpaksa HRD memindahkan Johana ke PH. Tapi dia mengancam Yoka dipecat. Yoka yang dikenal dengan nama Johana di tempat kerja yang baru itu hanya senyum-senyum saja. Terserah, mau pecat juga baik. Katanya. Tapi beberapa bulan kemudian ternyata yang dipecat adalah si HRD. Yoka tetap bekerja di PH dan semua tanggung jawabnya beres. Hal ini membuat Helmy Yahya semakin percaya padanya. Hampir semua proyek dipercayakan kepada Yoka dan semuanya diselesaikan dengan baik. Tak ada komplein dari Helmy Yahya maupun klien. Makanya kalau ada proyek baru, Helmy Yahya selalu katakan, boleh asal Johana yang tangani. Orang lain tidak diinginkannya.
Ketika ada pengurangan tenaga kontrak karena kondisi proyek berkurang dll, Johana tidak di-PHK. Yang lain angkat kaki, Johana tetap berdiri di samping Helmy Yahya yang tidak mau melepasnya.
Suatu ketika dia diajak temannya yang pindah ke MNC untuk ikut pameran produksi di MNC. Dia melihat gedung itu dengan kagum dan membatin, kapan bisa bekerja di kantor semegah ini. Tuhan mendengarkan doanya. Ketika ada permintaan dari MNC untuk join produksi dengan Helmy Yahya, Johana diikutsertakan dan diterima sebagai pegawai tetap sampai pensiun.
Acara-acara televisi yang dikreasi oleh Johana adalah program reality show dan kuis, antara lain Uang Kaget, Bedah Rumah, Kuis Siapa Berani dan masih banyak lagi. Yang terakhir yang kini masih ditanganinya adalah program Bedah Rumah dan Dapoer Ngebul.
Dalam refleksinya, dia menyadari bahwa semua yang dicapainya ini adalah karena berkat Tuhan. Pergumulannya dalam doa sungguh dihayati dengan iman dan kesabaran. Karena itu dia menegaskan bahwa apa yang dialaminya adalah keajaiban dari Tuhan. “Beta sadar bahwa semua pengalaman hidup ini adalah keajaiban. Tanpa Tuhan beta bukan siapa-siapa. Tanpa Tuhan beta bukan apa-apa. Maka beta selalu bersyukur.” Kesadaran iman inilah yang membuat dia mampu mengatasi setiap tantangan hidup hingga sekarang.
Pada akhirnya usia pensiun datang dengan pasti. Tapi dia telah siap. Oktober 2024 dia memasuki masa pensiun. Meski demikian, dia dikontrak untuk masa kerja satu tahun lagi. Keahliannya masih dibutuhkan untuk program TV tertentu, terutama Dapoer Ngebul.
Ketika ditanya soal keahliannya padahal dia Sarjana Hukum, Yoka hanya tersenyum. Ini bukan berkaitan dengan gelar sarjana. Ini bertalian dengan talenta. Bakat yang dianugerahkan Tuhan. Ternyata passionnya adalah mendesain sebuah program acara televisi yang menarik. Tidak heran kalau Helmy Yahya sangat mempercayai dia dan tidak mau orang lain menggantikan posisi Johana di PH atau Rumah Produksi.
Untuk masa depan, Yoka mempersembahkan jalan hidupnya kepada Tuhan. Yang pasti dia tidak kembali ke Soe. Dia ingin berkelana ke Australia dan sebagainya. Hidup dan talentanya menginspirasi orang muda untuk terus berjuang dengan doa dan kesabaran. Tiada sukses yang datang tiba-tiba tanpa usaha, kerja keras, air mata dan pergumulan doa tak kenal lelah. Ora et labora itu nyata dihayati oleh Yoka. Tiada yang mustahil bagi orang yang berjuang bersama Tuhan dan dalam Tuhan.
Bandara Soetta, sambil menunggu pesawat yang delay, 2 Februari 2025