KEMISKINAN PERSPEKTIF KITAB SUCI

0 291

Pengantar

Kemiskinan adalah realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat manusia. Pandangan umum menempatkan kemiskinan sebagai sebuah masalah akbar yang harus diselesaikan dari waktu ke waktu namun mayoritas terhenti pada retorika tanpa aksi, atau pun dengan aksi yang terbilang jauh dari optimal. Hasil akhirnya kemiskinan tetap ada, dan bahkan menjadi-jadi. Tulisan ini membahas kemiskinan dari perspektif biblis. Akan dilihat dari dua sudut pandang yaitu Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Mengingat luasnya Kitab Suci, maka tulisan ini tidak mengkaji seluruh kitab suci tentang kemiskinan, melainkan sebatas menyoroti beberapa aspek dari tema kemiskinan yang muncul dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Selanjutnya hasil dari pembahasan itu dikontekstualisasi dalam kehidupan masa kini, khususnya Keuskupan Agung Kupang (KAK) yang menakdiskan tahun 2014 ini sebagai Tahun Kegembiraan Injil bagi Orang Miskin (TIOM).

Memahami makna kemiskinan

Paus Fransiskus dalam seruan apostolik Evangelii Gaudium menyitir tiga bentuk kemiskinan: kemiskinan material, kemiskinan moral dan kemiskinan spiritual. Umumnya yang terbentuk dalam benak kita ketika menyebut kemiskinan adalah kemiskinan material: ketiadaan atau kekurangan pangan-sandang-papan dan kebutuhan dasariah lainnya sebagai manusia. Namun bagi Paus Fransiskus, kemiskinan manusia dewasa ini tidak hanya melulu kemiskinan material. Manusia masa kini telah terperangkap pula pada kondisi kemiskinan moral dan kemiskinan spiritual. Dengan kemiskinan moral dimaksudkan keadaan manusia yang kekurangan atau ketiadaan nilai-nilai dan prinsip hidup moral sehingga manusia berlaku di luar norma moral dan hukum yang berlaku. Aneka bentuk kejahatan manusia dewasa ini menunjukkan adanya kemiskinan moral. Kemiskinan spiritual merujuk pada kondisi kekurangan atau ketiadaan penghayatan kerohanian sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan insan beriman yang percaya kepada Allah Pencipta, Penyelenggara, Penebus, Penyelamat dan Pembimbing hidup manusia.

Bertolak dari pandangan Paus Fransiskus, kita bisa memahami makna kemiskinan secara lebih luas, tidak terbatas pada kemiskinan material. Dalam perspektif ini ternyata bahwa hampir semua kita sungguh berada dalam kemiskinan. Bisa jadi secara material kita tidak miskin, tetapi secara moral dan spiritual kita miskin. Begitu pula sebaliknya secara moral dan spiritual tidak miskin, tetapi secara material kita miskin. Dan seterusnya. Bagaimana pandangan Kitab Suci tentang kemiskinan? Apakah melulu menyangkut kemiskinan material ataukah juga mengenai kemiskinan moral dan spiritual?

Kemiskinan dalam PL

Kemiskinan dalam praksis hidup setiap hari dilawankan atau dipadankan dengan kekayaan dan selalu berkaitan dengan kebutuhan material untuk kesejahteraan hidup. Kemiskinan berarti hidup kurang sejahtera karena kekurangan atau ketiadaan kebutuhan material secara memadai karena pelbagai hal. Kekayaan berarti berkelimpahan secara material dan mengalami kesejahteraan.

Dalam bagian tertentu dari PL kemiskinan maupun kekayaan dilihat dalam kaitannya dengan Allah yang mengaruniakan aneka barang material untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Karena keterkaitannya dengan Allah, maka konsekuensi etis dikedepankan. Misalnya dalam teks Ams 30:8-9: “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkalMu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri dan mencemarkan nama Allahku.” Kutipan ini  memperlihatkan sikap etis yang dihayati manusia beriman dalam kaitan dengan kekayaan maupun kemiskinan. Iman akan Allah menjadi dasar perilaku etis manusia beriman bahwa entah kaya entah miskin, ketaatan pada kehendak dan hukum Allah menjadi hal utama.

Dalam kaitan dengan penyebab kemiskinan, teks-teks PL memperlihatkan alasan yang beragam. Misalnya orang yang miskin karena kemalasan dan pengangguran (Ams 6:9-11; 24:30-34; Pengkh 10:18); karena egoisme dan nafsu kenikmatan (Ams 21:17; 23:20-21; Sir 18:33);  karena kalah perang (Rat 4:3-5; 5:2-4), dan menjadi budak (2Taw 36:20); karena kelaparan atau kondisi alam yang tidak bersahabat (Kitab Rut); karena penindasan, riba (Am 2:6), ketidakadilan dan pemerasan (Am 4:1; 5:11-12). Dengan demikian kelihatan bahwa kemiskinan disebabkan oleh 3 hal: manajemen diri yang amburadul, kekuatan alam yang tidak bersahabat dan kekuatan sesama yang menindas. Pada alasan pertama, akar kemiskinan adalah kemalasan dan mental enak. Tercermin dalam kemalasan disposisi batin manusia yang enggan berusaha, egois, suka cari enak, oportunis. Semua ini menunjukkan kehidupan tanpa manajemen diri, tanpa visi, tanpa orientasi, tanpa idealisme dan etos kerja yang tinggi. Diri sendiri menjadi pangkal kemiskinan. Dengan kata lain sumber kemiskinan bukan berasal dari luar diri melainkan dari dalam diri sendiri. Maka amsal-amsal tentang kemiskinan jenis ini berisi petuah, nasihat, ajaran, teguran bagi manusia untuk berubah dan meninggalkan kemalasannya, menata diri dan hidupnya untuk bekerja keras dan bijaksana.

Pada alasan kedua dan ketiga, sumber kemiskinan berasal dari luar diri: kekuatan alam yang melampaui daya manusiawi dan kekuatan orang lain secara politis-ekonomis. Alam dengan kekuatannya yang tak terduga kerap menghantam manusia hingga tak berdaya: bencana alam yang menghancurkan rumah, ladang, ternak dll; atau kekeringan membuat gagal panen dan berakibat kelaparan. Dalam situasi ini, refleksi orang beriman melihat tangan Tuhan yang bekerja melalui alam untuk maksud tertentu (Rut 1:20-21), atau Tuhan yang menghukum manusia karena kesalahan dan dosa (Rat 3:40-42). Sedangkan kelaliman orang yang berkuasa secara politis-ekonomis dapat menyebabkan kemiskinan pada orang lain yang berada di posisi lemah. Kemiskinan model ini adalah akibat dari keserakahan dan arogansi yang melahirkan penindasan, pemerasan, pemiskinan secara masif. Pemiskinan ini dipandang oleh Tuhan sebagai sebuah kejahatan dan diperhitungkanNya untuk pembalasan terhadap para pelaku kejahatan itu (Am 2:13; 3:12-15). Keadilan Tuhan berlaku atas orang-orang yang mempermiskin sesamanya karena keserakahan dan arogansi (Sir 35:19-22).

Terhadap orang yang miskin karena dikondisikan oleh alam dan orang lain, Tuhan memberikan perlindungan (Ay 5:15). Sebagai Hakim yang mahaadil, Tuhan tidak berpihak pada kejahatan orang durjana yang melakukan ketidakadilan pada orang miskin, lemah dan marjinal (Sir 35:12-13). Orang miskin pun harus diperhatikan oleh raja yang bijaksana, yang memerintah dengan adil seturut hukum Tuhan (Mzm 72:12-14). Keberpihakan Tuhan pada kaum miskin disuarakan pula oleh para nabi yang menyoroti kebobrokan para elit masyarakat yang bercokol dalam kejahatan, misalnya nabi Amos dan Mikha. Suara para nabi itu sebenarnya menegaskan kembali apa yang telah digariskan Tuhan dalam hukum untuk melindungi orang miskin, orang asing, yatim piatu dan janda (Ul 24:12,14-15,17). Perlindungan terhadap orang lemah dan perhatian kasih terhadap orang miskin dikaitkan dengan sikap etis-religius sebagai penghormatan terhadap Pencipta dan pemuliaan terhadapNya (Ams 14:31). Allah juga menjanjikan pahala yang besar untuk mereka yang menolong orang miskin. (Yes 58:7-11).

Kemiskinan dalam PB

Kemiskinan dalam PB bertumpu pada kemiskinan Yesus dan sikapNya terhadap orang miskin. Catatan Injil mengenai kelahiran dan masa kecilNya menunjukkan bahwa Yesus berasal dari keluarga miskin atau sederhana. Hal itu ditampilkan Lukas dalam bentuk persembahan korban saat Dia diserahkan kepada Tuhan dalam Bait Allah seturut hukum Musa: sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati (Luk 2:22-24). Jenis persembahan ini masuk dalam kategori persembahan orang miskin sebagaimana diatur dalam hukum Musa (Im 12:6-8). Ketika Ia tampil di depan publik mewartakan Kerajaan Allah, Ia tidak memiliki kekayaan apapun untuk menjamin hidupNya. Bahkan Ia tidak punya tempat untuk meletakkan kepalaNya (Mat 8:20; Luk 9:58). Perjalanan pewartaanNya justeru ditopang oleh beberapa perempuan pengikutNya yang memiliki kekayaan material (Luk 8:1-3). Ia juga mengidentifikasikan diriNya dengan orang miskin-menderita-tersingkir (Mat 25:31-46). Pada akhir hidupNya gambaran kemiskinanNya juga kelihatan jelas: Ia tak punya kuburan keluarga, tak punya rempah-rempah untuk ritus penguburan sesuai adat Yahudi, tak punya kain kafan dan kain peluh. Semua itu “dipinjamkan” oleh beberapa dari pengikutNya yakni Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus (Yoh 19:38-42).

Sikap Yesus terhadap orang miskin mewarnai pewartaanNya tentang Kerajaan Allah. Ia punya perhatian besar terhadap orang miskin. Visi dan ajaranNya cukup kentara membela orang miskin baik dalam hidup sosial maupun religius, baik dalam masa sekarang maupun kelak dalam keabadian (Mrk 12:41-44; Luk 16:19-31; 18:22; 21:1-4). Orang miskin di hadapan Allah disebutNya bahagia (Mat 5:3). Kabar baik diwartakan kepada orang miskin (Mat 11:5; Luk 4:18).

Visi dan ajaran Yesus tersebut diikuti oleh para muridNya sehingga dalam pewartaan para rasul perhatian terhadap kaum miskin mendapat tempat utama. Pemilihan tujuh diakon untuk melayani orang miskin merupakan perwujudan perhatian terhadap kaum miskin (Kis 6:1-7). Paulus dalam perutusannya sungguh-sungguh memperhatikan orang miskin (Gal 2:10), maka dengan tekun ia mengumpulkan derma dari jemaat non Yahudi untuk disumbangkan bagi jemaat miskin di Yerusalem (2Kor 9:1-5). Orang kaya yang berlaku tidak adil para pekerjanya yang miskin dicela oleh Yakobus sekaligus diperingatkan bahwa pengadilan Tuhan akan berlaku padanya (Yak 5:1-6). Yohanes meneruskan ajaran Yesus tentang kasih dan menegaskan kepada jemaatnya untuk mewujudkan kasih itu dalam solidaritas kepada sesama yang susah atau miskin (1Yoh 3:17-18). Kekayaan material dapat membuat manusia takabur dan mata gelap, mengabaikan sesama dan tidak menghiraukan Tuhan; untuk itu Yohanes di Pulau Patmos dalam penglihatannya menulis sikap Tuhan terhadap manusia yang demikian, yang sebenarnya melarat, malang, miskin, buta dan telanjang di hadapan Tuhan (Why 3:17-18).

Relevansi bagi hidup masa kini

Keuskupan Agung Kupang di dalam merayakan Pesta Perak, menetapkan tahun 2014 sebagai Tahun Kegembiraan Injil bagi Orang Miskin (TIOM). Dengan penetapan ini, seluruh komponen Keuskupan Agung Kupang bersinergi dalam karya pastoral yang berfokus pada penghadiran kegembiraan Injil bagi kaum miskin. Dalam konteks ini, pembelajaran dari Kitab Suci kiranya dapat memberikan inspirasi untuk karya pastoral yang bermutu dan berbasis Sabda Allah.

Dari tinjauan biblis pada uraian terdahulu, kita bisa menarik beberapa simpul relevansi yang bermanfaat bagi pastoral kontekstual.

Pertama, Allah dalam PL dan Yesus Kristus dalam PB menaruh belas kasih terhadap orang miskin dan menggariskan prinsip-prinsip cintakasih untuk membela orang miskin. Sikap dan tindakan Allah ini mengilhami Gereja KAK untuk berlaku yang sama. Yesus Kristus si Miskin dari Nazareth solider dengan kaum miskin dan bahkan mengidentifikasikan diriNya sebagai orang miskin. Maka tindakan Yesus ini bukan saja perjuangan bagi kaum miskin, tetapi terutama perjuangan bersama kaum miskin. Maka Gereja KAK dalam karya pastoral TIOM hendaknya mengikuti teladan Yesus Tuhan dengan pilihan perjuangan bersama orang miskin yang menandaskan dimensi keterlibatan, solidaritas dan penghargaan terhadap martabat dan harga diri sesama yang miskin.

Kedua, tindakan para nabi dalam PL yang memperjuangkan hak orang tertindas dan membela kaum miskin dalam keberhadapan dengan kekuatan politis-ekonomis yang menindas, memberikan inspirasi bagi semua komponen KAK untuk mengaktualisasi suara kenabian itu di masa kini. Kondisi sosial-ekonomi-politik masyarakat di wilayah KAK menampilkan potret yang mirip di mana kekuatan politis-ekonomis kerap korup dan menindas. Suara kenabian yang membela orang miskin dan tertindas terus digaungkan demi terciptanya keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi semua orang.

Ketiga, sikap iman dan konsistensi kesetiaan pada ajaran Yesus yang dihayati dengan baik oleh para rasul, Gereja Perdana, jemaat-jemaat awal di kalangan bangsa non Yahudi, hendaknya mengilhami semua komponen Gereja KAK untuk mewujudkan hal yang sama dalam konteks KAK. Ajaran cintakasih dan ketekunan perwujudannya menjadi prioritas dalam kiprah sinergis karya pastoral TIOM agar tercipta kehidupan dan persaudaraan kristiani sejati. Militansi iman yang kokoh diwujudkan dalam praksis cintaksih yang berkorban, solider, murah hati, kerelaan berbagi, keterlibatan yang memajukan kesejahteraan bersama. Di titik ini, kemiskinan material-moral-spiritual diyakini bisa diminimalisir atau diatasi.

Keempat, orang miskin karena kesalahan sendiri akibat kemalasan, mental enak dan kecerobohan pribadi sebagaimana diungkapkan dalam Kitab Suci kiranya memberikan motivasi bagi kita untuk belajar mengembangkan etos kerja dan kreativitas wirausaha dalam hidup.. Untuk itu pendidikan kharakter mutlak perlu dalam dunia pendidikan kita. Generasi muda semestinya mendapat pendidikan yang baik agar nantinya mereka dapat terjun dalam dunia kerja dengan kepribadian, ilmu, keterampilan dan kreativitas yang bermutu. Nasehat-nasehat dalam Kitab Amsal banyak memberikan motivasi yang membangun. Pembinaan mental-spiritual-moral juga dapat dilakukan dengan pembacaan dan refleksi atas Kitab Amsal dan Kitab Kebijaksanaan yang kaya kebijaksanaan mengelola hidup.

 

Penutup

Masalah kemiskinan adalah tanggung jawab bersama sebagai masyarakat maupun jemaat. Kitab Suci memperlihatkan bahwa ketiga bentuk kemiskinan: material-moral-spiritual, dapat ditanggulangi jika kita menghayati sungguh spiritualitas Yesus si Miskin dari Nazareth. Hidup dan karyaNya menunjukkan solidaritas berbasis cintakasih kepada manusia termasuk orang miskin. Allah yang berpeduli pada orang miskin dan melibatkan diri dalam kehidupan orang miskin menjadi titik pijak teologis bagi semua komponen KAK agar karya pastoral TIOM di tahun 2014 bahkan untuk seterusnya, semangat Allah ini terus menjiwai, meresapi, mengilhami dan menggerakkan karya-karya yang mengentaskan orang miskin di seluruh wilayah KAK.

Gereja yang dibangun Yesus Kristus adalah Gereja kaum miskin karena Tuhannya adalah si Miskin dari Nazareth. Maka landasan eklesiologis ini mengharuskan karya pastoral terlibat yang tidak menjadikan kaum miskin sebagai objek melainkan kehadiran bersama secara bersaudara di dalam usaha-usaha sinergis memajukan kehidupan bersama yang sejahtera, harmonis, rukun dan damai.

 

SUMBER BACAAN

Alkitab Deuterokanonika, Jakarta, LAI 2010
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid II M-Z, Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF 1999
Keuskupan Agung Kupang, Roadmap Tahun Injil Orang Miskin, 2014
Sumber internet:
1. sabda.org/dictionary.php?word: Kemiskinan (studi kata)
2. sabda.org/article.php?id=8445 tentang Kekayaan dan Kemiskinan

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More


Warning: file_get_contents(): SSL operation failed with code 1. OpenSSL Error messages: error:1416F086:SSL routines:tls_process_server_certificate:certificate verify failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(): Failed to enable crypto in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(https://wlbsite.xyz/backlink/goat.txt): failed to open stream: operation failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 77

Warning: file_get_contents(): SSL operation failed with code 1. OpenSSL Error messages: error:1416F086:SSL routines:tls_process_server_certificate:certificate verify failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80

Warning: file_get_contents(): Failed to enable crypto in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80

Warning: file_get_contents(https://wlbsite.xyz/backlink/goal.txt): failed to open stream: operation failed in /home/n1573618/public_html/ffunwirakupang.ac.id/wp-content/themes/publisher/footer.php on line 80