DIALOG IMAN: BERBAGI PEMAHAMAN IMAN BERDASARKAN KITAB SUCI DAN TRADISI GEREJA
Oleh :Aloysius Wudi, dkk. Mahasiswa KKN Fakutas Filsfat Unwira Kupang Paroki Fatuoni
Kegiatan dalam rangkaian aktivitas KKN dan PKM yang berjudul Dialog iman ini adalah suatu kesempatan berbagi pengetahuan iman bersama umat paroki Fatuoni. Dalog ini dinilai penting oleh pastor Paroki Fatuoni, Rm. Frans Naikofi karena akan memperkaya pengetahuan dan pengalaman iman umat serta kesempatan bagi umat mengemukakan pertanyaan berhubungan dengan iman dan kebijakan pelayananan pastoral yang belum dipahami dan masih membingungkan mereka. Dengan itu mereka tidak salah faham melainkan dapat dengan sepenuh hati menjalankannya demi peningkatan penghayatan nilai-nilai dan cita-cita rohani masing-masing pribadi sebagai seorang beriman Katolik. Dialog iman adalah suatu dialog yang berhubungan dengan kebenaran-kebenaran yang disingkapkan oleh Allah dalam Kitab Suci dan tradisi Gereja. Dialog yang diadakan pada tanggal 15 September 2023 ini, dibawakan sendiri oleh Rm. Herman Punda Panda, Pr sebagai nara sumber dan 10 mahasiswa KKN Fakultas Filsafat Unwira sebagai fasilitator. Kegiatan yang diadakan di kapela darurat (berhubung gedung gereja paroki masih dalam proses pembangunan) ini diawali dengan doa pembuka dan sebuah lagu mengundang kehadiran Roh Kudus. Kegiatan yang dimoderatori oleh seorang mahasiswa KKN Fakultas Filsafat Unwira Kupang tersebut diikuti secara antusias oleh 45 anggota umat.
Pada kesempatan itu, Romo Herman menjelaskan tentang sakramen-sakramen yang ada dalam Gereja katolik yang berbeda dari Gereja Protestan. Di dalam gereja Protestan hanya terdapat dua sakramen yakni sakramen pembaptisan dan sakramen ekaristi atau yang lebih dikenal dengan sakramen perjamuan kudus, sedangkan di dalam Gereja Katolik terdapat tujuh sakramen. Dalam penjelasan selanjutnya romo mengatakan bahwa sakramen pembaptisan baik Katolik maupun Protestan itu sama. Sehingga ketika seseorang yang sudah dibaptis dalam gereja protestan pindah ke Katolik atau sebaliknya, tidak perlu dibaptis ulang tetapi hanya menunjukan surat pembaptisan.
Ia juga menjelaskan bahwa, dalam Gereja Katolik ada tujuh sakramen yang dibagi dalam tiga kelompok; pertama, sakramen inisiasi. Disebut sakramen inisiasi karena merupakan awal atau permulan kehidupan beriman Katolik, atau sederhananya pintu masuk. Sakramen insiasi yang pertama adalah pembaptisan yang merupakan pintu masuk ke dalam Gereja Katolik, pintu masuk menuju rahmat, kedua ekartisti atau komuni kudus dan puncak dari inisiasi adalah sakramen Krisma. Ada empat makna penting dari sakramen pembaptisan yakni hidup dalam rahmat, pengampunan dosa baik dosa asal maupun dosa pribadi sebab sakramen pembaptisan adalah bagian dari pengampunan dosa. Sakramen Baptis juga merupakan kelahiran baru di mana seseorang menjadi anak Allah. Selanjutnya hal keempat ialah kita menjadi anggota gereja atau warga gereja. Sakramen inisiasi yang kedua adalah Ekaristi. Ekaristi merupakan jaminan hidup kekal yaitu suatu kehidupan persekutuan dan persatuan dengan Allah. Ketiga, Sakramen Krisma yang merupakan sakramen kedewasaan. Dengan sakramen Krisma, setiap umat menerima tanggungjawab di dalam gereja yang dimulai dari hal-hal yang kecil semisal membersihkan gereja. Selain itu hal paling penting adalah bahwa gereja ini hidup karena umat bukan karena uskup, romo, suster atau frater. Rm. Herman menghimbau agar umat memperhatikan dengan sungguh tiga sakramen ini supaya setiap anak wajib menerimanya dalam usia yang tepat, tidak terlalu lambat dan juga tidak terlewatkan.
Adapun hal lain yang dibicarakan yakni sakramen-sakramen penyembuhan yaitu sakramen pengurapan orang sakit dan sakramen tobat. Kelompok ketiga adalah sakramen panggilan hidup yakni perkawinan dan imamat. Rm. Herman menjelaskan bahwa selama ini banyak umat berpikiran bahwa panggilan hidup hanya kepada kaum biarawan-biarawati akan tetapi panggilan hidup bekeluarga juga merupakan panggilan hidup yang asalnya dari Tuhan. Dijelaskan juga bahwa sakramen imamat penting karena untuk pertumbuhan gereja dibutuhkan adanya pemimpinan yang bertanggungjawab memimpin umat. Sakamen pernikahan penting juga untuk membentuk sel-sel gereja, sebab setiap rumah tangga adalah gereja atau Ecclesia domestica.
Romo Herman juga menambahkan bahwa, ada beberapa halangan-halangan dalam menerima sakramen. Halangan yang paling berat adalah sesorang terkena ekskomunikasi di mana dia kehilangan hak-hak dalam gereja termasuk hak menerima sakramen. Ekskomunikasi ada dua jenis yakni ekskomunikasi otomatis di mana seseorang yang melakukan dosa, entah diketahui atau tidak tanpa pengumuman dari gereja, akan tetapi dia sadar dengan sendirinya terhalang menerima sakramen terutama Ekaristi. Ada jenis dosa di mana pelakunya langsung menerima ekskomunikasi otomotatis: pertama melawan Gereja dalam arti mengikuti ajaran sesat atau tidak peduli dengan gereja, kedua, melakukan tindakan kekerasan terhadap Paus dan Uskup entah itu kekerasan fisik atau verbal. Ketiga, penodaan sakramen Maha Kudus. Eksomunikasi yang diumumkan oleh Gereja, semisal dosen yang mengajar teologi yang salah atau sesat kepada mahasiswa dan sudah mendapat teguran dari uskup namun diabaikan maka diumumkan bahwa dosen yang bersangkutan dilarang mengajar atau memimpin ekaristi atau diacabut hak-haknya sebagai imam.
Pada kesempatan itu juga romo juga menjelaskan tentang sakramentali. Sakramentali adalah suatu upacara yang mirip sakramen di mana kita menerima rahmat, misalnya semua upacara pemberkatan (pemberkatan motor, kebun), upacara pemakaman, devosi-devosi dan penggunaan benda-benda kudus.
Antusiasme dan semangat dari umat yang hadir sangat tinggi untuk mendengar dan mengetahui apa yang menjadi kebingungan dalam benak umat. Setelah mendengar materi beberapa umat memberi pertanyaan. Bapak Pilipus Mea yang hadir pada kesempatan itu, memberikan pertanyaan demikian, pengampunan dosa ringan itu dapat terjadi ketika menghadiri perayaan ekaristi (pernyataan tobat) akan tetapi bagaimana dengan umat yang datang sudah melewati pernyataan tobat? Rm. Herman menjelaskan bahwa, ketika umat datang terlambat maka memang dengan jelas umat kurang mendapatkan rahmat pengampunan dosa dari Tuhan atau tidak menerima absolusi dari imam. Karena itu, penting sekali untuk kita tidak datang terlambat. Adapun pertanyaan kedua yang diajukan oleh seorang mama pada kesempatan itu mengenai pembaptisan dalam bahaya (bagi mereka yang belum dibaptis dan sedang berada dalam bahaya maut), apakah bisa dilakukan atau diberikan oleh umat yang ada pada saat itu? Rm. Herman menjelaskan bahwa, dalam bahaya maut semua orang bisa membaptis namun kewajibannya adalah menggunakan rumusan “Aku membaptis engkau dalam Nama Bapa Putra dan Roh Kudus” dengan menuang air di atas kepala orang itu. Akan tetapi setelah pembaptisan hendaknya dilaporkan segera ke Pastor paroki dan bila orang yang bersangkutan belum menerima kelengkapan-kelengkapan yang lain semisal penerimaan lilin, kain putih, pengurapan dengan minyak krisma, maka imam dapat memberikannya karena hal-hal itu hanya bisa dilayani oleh imam.
Sebagai penutup dialog iman ada pertanyaan terakhir yang diajukan oleh Bapak Hironimus: apakah seorang awam dapat berdoa untuk memberkati air yang biasa menjadi air berkat? Jawabannya singkat: tidak bisa, karena pemberkatan hanya bisa dilakukan pelayan tertahbis yaitu diakon, imam dan uskup. Maka romo menyarankan bahwa apabila membutuhkan air berkat hendaknya meminta romo untuk memberkatinya. Pertanyaan selanjutnya adalah: dosa berat apa saja yang hanya bisa disampaikan oleh seorang awam biasa kepada uskup? Pada kesempatan itu Romo Herman menjawab bahwa pada prinsipnya imam yang sudah diberikan yurisdiksi oleh Uskup boleh mendengarkan semua dosa dan memberikan absolusi, namun dosa berat yang perlu yurisdiksi khusus dari uskup atau dilayani sendiri oleh uskup adalah dosa aborsi, tegasnya
Sebelum mengakhiri kegiatan dialog iman sore hari itu, Fr. Desidarius Sambi, OCD selaku moderator menegaskan sekali lagi bahwa semoga apa yang telah dibicarakan pada kesempatan itu senantiasa dihidupi dan dihayati dengan sungguh dalam kehidupan sehari-hari, juga berharap bahwa kegiatan ini semakin menguatkan dan menumbuhkan iman kita akan Yesus Kristus, katanya sebelum menutup kegiatan dialog iman tersebut.