Malam Kamis Putih di CCKT

0 144

Malam Kamis Putih, sesuai jadwal, saya bertugas di pusat paroki. Paroki Santa Teresia Sangatta. Pastoran dan gedung gerejanya terletak di Swarga Bara. Tetapi karena gerejanya kecil, maka misa mingguan maupun hari raya dilaksanakan di CCKT yaitu Catholic Center Kutai Timur. Gedung gerejanya besar dan luas. Bangunan dan tanah di kompleks CCKT ini mseupakan bantuan hibah pemerintah. Diberikan kepada semua agama: Islam, Katolik dan Protestan.

Di kompleks CCKT dibangun pula gedung sekolah untuk TK dan SMAK. Ada pula tempat jalan salib dan gua Maria. Di samping kiri dan kanan terdapat ruang yang luas pula untuk menampung umat. Di hari raya seperti ini, misanya dua kali dipimpin oleh imam yang sama. Saya mendapat giliran misa Kamis Putih dua kali, yakni pada pulul 17.00 dan pukul 20.30. Jeda satu setengah jam untuk makan malam dan bersiap lagi untuk misa berikut. Bagi saya ini merupakan pengalaman kedua di Sangatta ini setelah Minggu Palma di SP 3 dan SP 6. Demikian pula untuk Jumat Agung, Sabtu Alleluya dan Minggu Paska. Selalu dua kali ibadat atau misa. Memang melelahkan tapi menyenangkan pula.

Untunglah sebelum misa, siangnya pukul 11.00 saya mampir ke sana untuk melihat persiapan misdinar dll. Resti, sang koordinator misdinar bersama pasukannya yang bertugas sudah stand by latihan dll. Saya diberi penjelasan mengenai alur pergerakan selama perayaan termasuk perarakan sakramen dan adorasi. Resti sangat detail dan teliti mempersiapkan semuanya.

Pukul 16.00 saya sudah siap dijemput pak Soni atau bapak Sandro. Kami tiba pukul 16.30. Masih ada 30 menit ubtuk persiapan lagi. Saya cek semuanya. Mantap. Apalagi ada briefing dari Resti yang berulang tahun hari itu. Semua lengkap dan detail. Sebelum misa kami semua yang bertugas berfoto bersama. Kru dokumentasi mantap. Termasuk mengatur kamera untuk LCD bagi umat di halaman depan maupun sayap samping kiri kanan.

Misa pertama berjalan baik. Semua petugas liturgi menjalankan tugasnya dengan baik. Saya pribadi sangat terkesan dengan keseriusan misdinar, koor, lektor, pemazmur, pembawa doa umat, dll dalam menjalankaan tugas pelayanan. Begitu pula para rasul dan prodiakon. Misa berlangsung meriah, anggun dan khusuk. Budaya persiapannya sangat baik. Liturgi disiapkan dengan baik sekali. Liturgi malam ini memang menjadi perayaan iman yang sungguh agung, mulia, khusuk.

Sebelum perarakan Sakramen dan adorasi, seharusnya saya perkenalkan diri kepada umat, tetapi tidak terpikirkan. Selesai doa penutup, langsung perarakan Sakramen Mahakudus dan adorasi. Misa pertama selesai. Masih ada waktu 1 jam lebih. Keluarga Lio, Timor dan sebagian umat berdatangan menyalami saya. Ternyata banyak juga keluarga saya di Sangatta ini. Akhirnya saya ketemu dengan sepupu saya Yosi, anak Guru Soi di Mauloo. Adik kandung dari Eja Siflan Angi almarhum. Dia datang dengan istri dan anak lelaki bungsu.

Panitia siapkan makan malam. Saya makan lalu istirahat untuk misa kedua. Terasa lelah. Tapi lebih banyak sukacitanya. Tak lama kemudian datang seseorang mencari saya. Dia mengira saya panitia karena saya sudah mengganti jubah dengan baju batik. Dia tanya, mana pastor yang didengarnya asal Paga dan masih keluarga. Dia mau ketemu pastor itu. Saya tersenyum dan bilang, sayalah pastor itu. Langsung bahasa Lio meluncur dan kami berpelukan. Dia anak Tanta Jeri di Seroara. Mamanya ketika meninggal saya pas ada di kampung, maka saya diminta pastor paroki untuk misa penguburan. Dia perkenalkan diri, “Aku Jodho”. Ternyata dia sudah menikah. Dipanggilnya istrinya yang berasal dari Nangablo. Kami ngobrol sejenak sebelum misa. Dia termasuk sukses. Sudah punya rumah, tanah beberapa bidang, bangun kos-kosan.

Misa kedua juga dengan pola yang sama. Semua petugas liturgi dari lingkungan yang berbeda menjalankan tugas dengan baik. Ada juga konsultasi dengan pastor mengenai lagu dan lain-lain. Hal ini sangat baik. Budaya persiapan yang mantap ditunjang pula oleh komunikasi, konsultasi dan koordinasi yang baik. Ini sesuatu yang penting dalam merayakan liturgi yang baik, terutama perayaan besar. Melihat antusiasme umat, dedikasi para petugas liturgi, kelelahan dua kali misa tak ada artinya. Maka selama adorasi doa tuguran, saya tetap berlutut dari awal hingga akhir, meskipun disediakan kursi. Apalagi perayaan ini merupakan hari pesta imamat bagi kami para imam. Di depan Sakramen Mahakudus, saya mendoakan pastor dan seluruh umat di paroki yang amat luas ini. Tuhan memberkati mereka semua. Amin.

 

RD Sipri Senda

Bandara Balikpapan, menunggu jemputan ke pastoran

Comments
Loading...

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More