Catatan Harian Dari Lapok

Misa sunset. Misa Minggu Adven keempat di hari Sabtu malam. Di Keuskupan Miri disebut misa sunset. Misanya pukul 08.00. Setengah jam sebelum misa saya sudah di gereja untuk persiapan. Ternyata ada beberapa umat belum confession (pengakuan dosa). Mereka meminta saya melayani confession. Maka persiapan misa dilakukan secara singkat, berupa pengecekan buku bacaan, buku misa dan petugas liturgi. Semuanya sudah diatur Uncle Paulus.
Saya menuju ruang pengakuan dan duduk menerima pengakuan dosa umat. Ada sekitar 13 orang. Tuhan yang maha rahim menerima peniten dan memberikan pengampunan. Sesudah melayani pengakuan dosa, kami memulai perayaan misa sunset Adven 4. Katekis Sigim menjadi komentator dan memandu koor. Umat yang hadir sekitar 40 orang. Ada ritus penyalaan lilin Adven keempat sebelum memulai misa.
Dalam kotbah saya mengajak umat untuk membuka hati seperti Maria yang terbuka hari menerima tawaran kasih Allah. Dia menjawab ya kepada Allah. Dia mau bekerja sama dengan Tuhan untuk mengandung dan melahirkan Yesus.
Misa Adven keempat di Lapok
Minggu pagi. Saya bangun pukul 05.00. Saya sendirian di pastoran. Saya ke dapur, cari beras. Ada. Tapi saya lupa bagaimana cara hidupkan kompor gas. Akhirnya didihkan air pakai pemanas listrik. Lalu bikin mie kari goreng. Cukup untuk sarapan pagi ini. Untung air panas selalu tersedia. Maka kopi ginseng andalan bisa dinikmati juga.
Father Joseph Ding membagi tugas pelayanan Natal untuk kami bertiga. Dia melayani di pelosok yang jauh dari pusat paroki, Pater Philip CMF melayani di salah satu Stasi juga di pedalaman bagian hulu sungai Baram. Sedangkan saya ditugaskan untuk melayani di pusat paroki dan Stasi Bakong. Misa Minggu Adven keempat dilaksanakan di Lapok dan Bakong secara bergiliran, pukul 08.00 di Lapok, pukul 10.00 di Bakong. Jarak Lapok dan Bakong 34 km, ditempuh dalam waktu 30 menit.
Misa Minggu Adven keempat ini dihadiri cukup banyak umat. Semua bangku terisi. Beberapa orang NTT dari ladang sawit juga hadir dalam misa. Setelah misa kami berjumpa sejenak dan bincang-bincang tak lama karena saya harus lanjut misa ke Bakong. Ada yang minta foto bersama. Ada yang minta berkat khusus karena sakit dan intensi tertentu untuk kehidupan yang baik. Saya layani semuanya lalu berangkat ke Bakong, karena Uncle Paulus sudah menunggu di mobil.
Misa Adven keempat di Bakong
Untuk pertama kalinya saya misa di gereja Tubuh dan Darah Kristus Bakong. Di sini umatnya mayoritas suku Iban. Maka bahasa Iban digunakan. Kemarin saya telah latihan memimpin Ekaristi pakai bahasa Iban dituntun oleh Katekis Paulus. Ternyata mudah saja karena mirip bahasa Melayu. Kebanyakan diubah ke bentuk -ai pada suku kata terakhir. Misalnya pulang, pulai. Makan, makai. Jalan, jalai. Bapak, apai. Ada juga perubahan lain dari kata Melayu. Sembahyang, besembiang. Berkat, beberekat. Manusia, mensia. Dunia, dunya. Surga, serega. Dll.
Saya memimpin dalam bahasa Iban sesuai teks misa bahasa Iban. Sedangkan kutbah atau kotbah dalam bahasa Indonesia atau Malaysia. Umat paham apa yang saya bacakan dalam teks misa maupun bacaan Injil. Kutbah saya berisi penjelasan teks kitab suci ketiga bacaan secara garis besar dalam simpul tema mengenai keterbukaan hati kepada Tuhan sebagaimana diteladankan Bonda Maria. Kutbah alias kotbah yang sama saya sudah sampaikan di Lapok, dan sekarang diulang kembali di Bakong.
Syukur pada Tuhan, mereka bersukacita karena ada paderi Indonesia yang datang merayakan misa di tempat mereka, dan terlebih bisa pimpin pakai bahasa mereka, bahasa Iban. Mereka senang karena cakap bahasa Iban yang saya lakukan dalam misa ternyata dipahami oleh mereka. Demikian juga penjelasan teks kitab suci dan aplikasi untuk hidup beriman dalam bahasa Indonesia sangat jelas untuk mereka.
Sehabis misa kami salaman, dan beberapa orang datang memohon berkat. Demikian juga beberapa orang NTT yang bekerja di ladang sawit datang bertemu. Ada yang dari Malaka, dari Timor Leste tapi tinggal di Raknamo, Maumere, Nagekeo dll. Semua bersukacita karena bisa ketemu di Bakong, seorang pastor dari Indonesia, dari pulau Timor. Mereka ternyata merindukan misa dan kotbah yang bisa dipahami setelah sekian lama hanya bekerja di ladang, tanpa misa.
Setelah misa ternyata ada pembagian sembako Natal buat orang susah. Kerjasama CWS (Catholic Welfare Society), sebuah organisasi gereja katolik yang berpeduli pada kesejahteraan umat. Katekis Antony mengundang saya untuk mewakili pastor paroki menyerahkan bingkisan Natal itu kepada keluarga-keluarga susah. Dengan senang hati saya layani permintaan mereka. Sesudah itu kami makan siang bersama di kamar makan pastoran. Menunya nasi ketan yang dibungkus daun, daging babi, ayam, sayur daun ubi, dll. Minumnya teh hangat.
(Bersambung)
RD. Sipri Senda
Pastoran Paroki St Dominic of the Rosary Miri